kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.968.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.299   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.140   -25,59   -0,36%
  • KOMPAS100 1.039   -4,41   -0,42%
  • LQ45 799   -2,60   -0,32%
  • ISSI 231   -0,47   -0,20%
  • IDX30 415   -1,09   -0,26%
  • IDXHIDIV20 486   -0,03   -0,01%
  • IDX80 117   -0,36   -0,31%
  • IDXV30 120   0,59   0,49%
  • IDXQ30 134   0,13   0,09%

Cermati Saham Berikut di Semester II, IHSG Diramalkan Tembus 7.609 pada Akhir Tahun


Senin, 16 Juni 2025 / 07:25 WIB
Cermati Saham Berikut di Semester II, IHSG Diramalkan Tembus 7.609 pada Akhir Tahun
ILUSTRASI. Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Secara teknikal IHSG bisa menyentuh level 7.609 pada akhir 2025 bila merujuk skenario positif. Sebaliknya IHSG bisa terjerembab ke level 6.994.? ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz


Reporter: Dimas Andi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih rawan mengalami tekanan ketika memasuki semester II-2025. Hal ini seiring banyaknya sentimen negatif yang membayangi arah kinerja pasar saham Indonesia.

Per Jumat (13/6), IHSG berada di level 7.166,06. Sudah empat hari berturut-turut IHSG mengalami koreksi sebesar 0,89%. Sedangkan sejak awal 2025, IHSG masih bisa tumbuh positif meski hanya 0,04% year to date (ytd).

Kalangan analis menganggap pasar saham masih berisiko mengalami gejolak, terutama akibat sentimen yang berasal dari eksternal. 

Baca Juga: Masih Berpotensi Menghadapi Tekanan, Simak Proyeksi IHSG Senin (16/6)

Analis sekaligus VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menyatakan, pasar saham berpeluang mengalami turbulensi sejalan dengan memanasnya tensi geopolitik antara Israel-Iran. Konflik bersenjata ini dampaknya akan terefleksikan pada harga komoditas, khususnya minyak mentah, Liquefied Natural Gas (LNG), dan emas.

Maklum saja, produksi minyak mentah Iran mencapai sekitar 3,2 juta barrel per day (bpd) dengan ekspor sekitar 1,4—1,6 juta bpd yang mayoritas ditujukan ke China, India, dan Suriah. Jika Selat Hormuz terganggu akibat konflik tersebut, maka akan menghambat kurang lebih 30% perdagangan minyak global harian.

“Selain itu, harga LNG juga akan terdorong naik mengingat cadangan gas Iran terbesar kedua di dunia,” ujar dia, Minggu (15/6).

Jika harga minyak mentah dunia naik signifikan, maka akan terjadi tekanan pada inflasi dan pergeseran dana ke aset safe haven. Ini tentu bisa mendorong arus dana keluar dari IHSG. 

“Kami berpandangan bahwa risiko ini dapat mengubah perhitungan target ekonomi nasional dan IHSG jika terjadi berkepanjangan,” lanjut Audi.

Baca Juga: IHSG Menguat 1,37% Dalam Sepekan, Cermati Sentimen Penggeraknya

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menimpali, arah IHSG dalam jangka pendek dan menengah masih banyak disetir oleh faktor global, terutama dinamika konflik geopolitik Iran-Israel.

Konflik ini dapat memicu efek domino yang dimulai dari lonjakan harga komoditas dunia, terutama minyak mentah. Meroketnya harga komoditas biasanya akan memicu kenaikan inflasi global, sehingga berpeluang memengaruhi sikap The Fed atas kebijakan moneter dan prospek ekonomi dunia pada tahun ini.

“Bisa jadi The Fed akan mempertimbangkan faktor inflasi, sehingga menghasilkan kebijakan yang cenderung dovish ketika rapat kebijakan moneter ke depannya,” ungkap Nafan, Minggu (15/6).

Selain itu, perkembangan dinamika perang tarif antara AS dan China juga terus dicermati oleh para pelaku pasar kendati saat ini sentimen tersebut sedang mereda. Namun, perlu diingat pula bahwa negosiasi antara AS dan mitra dagangnya, termasuk Indonesia, masih berlanjut. Hasil akhir negosiasi tarif ini bisa menentukan arah pasar saham dalam beberapa waktu mendatang.

Di lain pihak, Audi berpendapat, ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan menjadi terbatas jika inflasi kembali meningkat dan rupiah kembali tertekan akibat faktor eksternal seperti konflik geopolitik.

 Berdasarkan data CME FedWatch, pemangkasan suku bunga acuan The Fed hanya terjadi sebesar 25 bps ke level 4%--4,25%, sehingga ruang BI untuk menurunkan suku bunga acuan juga relatif terbatas.

Audi memproyeksikan pertumbuhan IHSG yang moderat pada akhir 2025 yakni di rentang 7.500--7.700.

Proyeksi ini dengan didasari oleh sentimen seperti ketidakpastian ekonomi domestik sebagai imbas dari eskalasi tarif AS dan konflik di Timur Tengah, penurunan laba bersih emiten di sektor perbankan, manufaktur, dan energi, hingga potensi penurunan suku bunga acuan yang lebih lambat.

Nafan memprediksi bahwa secara teknikal IHSG bisa menyentuh level 7.609 pada akhir 2025 bila merujuk skenario positif. Sedangkan dari sisi skenario negatif, IHSG bisa terjerembab ke level 6.994.

Baca Juga: IHSG Terkoreksi 3 Hari Beruntun, Cek Saham yang Banyak Dijual Asing di Akhir Pekan

Dalam waktu dekat, Nafan melihat saham-saham berbasis komoditas emas seperti ANTM, PSAB, ARCI, atau MDKA berpeluang mengalami lonjakan harga. Hal ini sejalan dengan harga emas yang kembali meningkat di tengah memanasnya konflik Iran-Israel.

"Emas masih dianggap sebagai aset safe haven utama sehingga banyak diburu investor," imbuh dia.

Selain itu, Nafan juga menjabarkan 17 saham pilihan yang bisa dicermati oleh investor jika ingin melakukan trading. Saham-saham ini dipandang memiliki peluang besar untuk mengalami kenaikan harga pada semester II-2025.

Di antaranya adalah ARKO, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BRIS, CTRA, ICBP, INCO, JSMR, MEDC, RAJA, SMRA, SSMS, TLKM, TOTL, dan WIFI.

Sementara menurut Audi, dalam waktu dekat investor dapat berfokus pada saham tematik, khususnya energi dan bahan baku. Dia merekomendasikan trading buy saham ANTM dan MEDC dengan target harga masing-masing di level Rp 3.770 per saham dan Rp 1.590 per saham.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy turut berkomentar, dengan adanya konflik bersenjata Iran-Israel maka akan sulit bagi IHSG untuk melaju ke level 7.500. Bahkan, bukan tidak mungkin IHSG turun ke level di bawah 7.000 jika konflik tersebut terus berlarut.

Selain konflik geopolitik, IHSG juga rawan koreksi di semester kedua seiring berakhirnya musim pembagian dividen oleh emiten-emiten di pasar saham.

Selanjutnya: Meningkatnya Konflik Iran-Israel Berpotensi Berdampak Terhadap Asuransi Marine Cargo

Menarik Dibaca: Waspadai Konflik Iran - Israel, Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Hari Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×