kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Serangan terhadap fasilitas migas Arab Saudi membuat harga minyak kembali memanas


Senin, 19 Agustus 2019 / 14:43 WIB
Serangan terhadap fasilitas migas Arab Saudi membuat harga minyak kembali memanas
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali memanas seiring insiden serangan terhadap fasilitas produksi minyak dan gas di Arab Saudi pada akhir pekan lalu.

Mengutip Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) di New York Metal Exchange (Nymex) untuk kontrak pengiriman bulan September 2019 naik 1,18% ke level US$ 55,54 per barel pada Senin (19/8) pukul 14.10 WIB. Kenaikan harga minyak WTI telah terjadi dalam dua hari beruntun.

Baca Juga: Mahathir: Uni Eropa munafik dan menjalankan kolonialisme modern terkait CPO

Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2019 di ICE Futures naik 1,38% ke level US$ 59,45 per barel.

Berdasarkan laporan Reuters, serangan pesawat tanpa awak atau drone terjadi di ladang minyak Arab Saudi pada Sabtu (17/8) waktu setempat. Diduga serangan tersebut dilakukan oleh kelompok Houthi Yaman. Akibatnya, sebuah pabrik gas mengalami kebakaran.

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, insiden yang merusak fasilitas minyak dan gas di Arab Saudi berpotensi membuat suplai terhambat. Hal ini akhirnya memicu kenaikan harga minyak.

“Harga minyak kerap mengalami kenaikan ketika konflik geopolitik yang terjadi di kawasan Timur Tengah terjadi,” ujar dia.

Baca Juga: Perluas tujuan ekspor, Indonesia akan teken perjanjian dengan Mozambik

Sentimen ini setidaknya bisa meredam ancaman resesi ekonomi global yang sempat membuat harga minyak anjlok pada pertengahan pekan lalu. Potensi resesi ekonomi dunia ditandai dengan fenomena inversi yield US Treasury.

Kabar kerusakan fasilitas minyak di Arab Saudi kemungkinan masih akan mempengaruhi pergerakan harga minyak dalam waktu dekat.

Di samping itu, kelanjutan perang dagang antara AS dan China juga cukup krusial terhadap arah harga minyak ke depan. Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump memutuskan menunda kenaikan tarif impor terhadap produk China hingga 15 Desember mendatang. Proses negosiasi pun diharapkan kembali terjadi dalam waktu dekat.

Namun, di sisi lain, Trump baru-baru ini mengaku belum siap membuat kesepakatan dagang dengan China.

“Proses negosiasi dagang AS-China bisa berdampak positif dan negatif bagi harga minyak, tergantung bagaimana hasilnya,” papar Yudi.

Baca Juga: Kualitas jadi kunci sukses tembus penjualan ikan hias di pasar Eropa

Secara teknikal, harga minyak berada di atas moving average atau MA50, MA100, dan MA200. Indikator moving average convergence/divergence (MACD) masih berada di area minus. Indikator stochastic berada di area netral atau kisaran 41,23—50,84. Adapun relative strength index (RSI) stabil di level 55,70.

Yudi memperkirakan, harga minyak WTI akan bergerak di kisaran US$ 53,90—US$ 56,80 per barel pada perdagangan Selasa (19/8). Sedangkan untuk sepekan ke depan, harga minyak WTI akan bergerak di area US$ 52,00—US$ 57,50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×