kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

September 2016, reksadana saham paling tekor


Selasa, 04 Oktober 2016 / 20:43 WIB
September 2016, reksadana saham paling tekor


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Jenis reksadana saham menorehkan kinerja terendah sepanjang September 2016. Mengacu situs Infovesta Utama per September 2016, rata-rata return reksadana saham turun 2,37% (MoM).

Ini lebih buruk ketimbang kinerja reksadana campuran yang merosot 1% (MoM) dan reksadana pendapatan tetap yang menanjak 0,74% (MoM). Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpeleset 0,4% (MoM) periode sama.

Senior Research Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo menuturkan, turunnya performa reksadana saham sepanjang September 2016 sejalan dengan koreksi di bursa saham. Katalis negatif bersumber dari pemangkasan anggaran belanja pemerintah dan penantian realisasi kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty).

Dari eksternal, kecemasan terkait pengumuman suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atawa The Fed yang saat ini berkisar 0,25% - 0,5%. Walhasil, investor asing mencatatkan net sell Rp 3,29 triliun pada September 2016.

Direktur Riset & Investasi PT Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo sepakat, pasar domestik bulan lalu tertekan spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang lebih cepat yakni pada pertemuan 20 September 2016 – 21 September 2016. Apalagi sebagian pasar menganggap realisasi program tax amnesty Indonesia bakal kurang sukses. “Kenyataannya kedua faktor ini tidak terbukti dan IHSG kembali menguat,” terangnya.

Per Senin (3/10), total deklarasi amnesti pajak menembus level Rp 3.629 triliun dengan uang tebusan mencapai Rp 97,2 triliun. Ini mendekati target pemerintah yang dipatok Rp 4.000 triliun untuk deklarasi harta dan Rp 165 triliun untuk uang tebusan . Padahal para wajib pajak masih memiliki waktu kurang dari enam bulan untuk memanfaatkan program tersebut.

Investment Director PT Aberdeen Asset Management Bharat Joshi mengakui, fundamental Indonesia memang masih kokoh. Ketika mayoritas negara di dunia menghadapi perlambatan ekonomi, Tanah Air mampu meraup pertumbuhan ekonomi melebihi 5%.

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia per kuartal II 2016 pun mencapai 5,18% (YoY). Angka tersebut mengungguli pencapaian kuartal I 2016 yang tercatat 4,92% (YoY) serta kuartal II 2015 sebesar 4,66% (YoY).

“Return on equity (ROE) Indonesia juga sangat atraktif. Pemerintah juga terus mengalokasikan anggaran ke sektor pembangunan infrastruktur,” ujarnya. Pertumbuhan kelas menengah yang signifikan diprediksi juga akan menyokong konsumsi domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×