kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semua saham indeks IDX BUMN20 terkoreksi, begini saran analis


Kamis, 02 April 2020 / 20:51 WIB
Semua saham indeks IDX BUMN20 terkoreksi, begini saran analis
ILUSTRASI. Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2020, indeks IDX BUMN20 merosot 38,25% hingga perdagangan Kamis (2/4). Seluruh saham anggota indeks ini mencatatkan penurunan harga dengan kisaran 21%-67% year to date (ytd).

PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menjadi saham dengan penurunan terdalam, yakni 67,14% ytd. Disusul oleh PT PP Tbk (PTPP) yang terkoreksi 66,88%, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) -63,13%, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) -60,14%, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) -57,02%.

Ada juga PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang turun 56,53% ytd, PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) -55,26%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) -50,96%, PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) -49,78%, dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) -49,76%.

Baca Juga: Market cap IDX BUMN20 tergerus Rp 616,68 triliun, ini 10 saham yang anjlok terdalam

Selanjutnya, ada PT Timah Tbk (TINS) yang terkoreksi 46.67% ytd, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) -46.41%, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) -46.19%, PT Elnusa Tbk (ELSA) -40.85%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)-38.11%, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) -37.50%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -34.77%, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) -32.91%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) -21.92%, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) -21.16%.

Jika dilihat lebih lanjut, seluruh emiten konstruksi ada dalam 10 besar saham dengan penurunan harga terdalam. Begitu juga dengan emiten yang berhubungan dengan sektor ini, seperti WSBP dan WTON

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, prospek saham sektor konstruksi ke depannya memang belum bagus. Alasannya, proyek-proyek konstruksi berpotensi terhenti akibat merebaknya virus corona di Indonesia dan belahan dunia lainnya. 

"Apalagi, belum ada penurunan dari sisi penyebaran wabah sehingga masih belum menarik," kata Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/4).

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menambahkan, investor juga mempertimbangkan rasio utang emiten konstruksi yang sudah cukup tinggi. 

"Jadi, kalau aktivitas proyek tertunda, investor khawatir kinerja para emiten ini akan kembali turun," ucap dia.  

Chris juga belum melihat adanya prospek yang bagus untuk saham-saham emiten tambang, seperti TINS, ANTM, dan PTBA. Alasannya, pelemahan ekonomi akibat pandemi virus corona membuat permintaan komoditas tambang berpotensi berkurang yang otomatis akan mempengaruhi harga jualnya. 

Menurut Chris, saham sektor perbankan juga masih berada dalam kondisi rawan. Alasannya, perputaran bisnis yang memburuk akibat merebaknya virus corona berpotensi meningkatkan kredit macet perbankan. 

"Akibat bisnis yang jelek sekarang ini, banyak yang tidak dapat membayar cicilan ke bank," kata dia.

Oleh karena itu, Chris menyarankan investor untuk mengoleksi saham-saham dari sektor defensif, seperti telekomunikasi. Terlebih lagi, permintaan layanan data diprediksi akan meningkat seiring dengan penerapan kebijakan physical distancing. 

Baca Juga: Indeks IDX BUMN20 anjlok 38,25% sejak awal tahun, ini 10 saham penurunan terdalam

Chris merekomendasikan pelaku pasar untuk buy saham TLKM dengan target harga jangka panjang Rp 3.600 per saham.

Di sisi lain, Sukarno berpendapat saat ini adalah momen yang bagus untuk mengoleksi semua saham-saham IDX BUMN20, khususnya untuk investasi jangka panjang. 

"Valuasinya sudah terdiskon banyak. Di sisi lain, prospek mayoritas saham-saham BUMN akan selalu ada," ucap dia. 

Ia memperkirakan, ada potensi upside minimal 25% dari harga saat ini.

Menurut Sukarno, melihat sejarah pergerakan harganya, saham-saham BUMN akan kembali naik setelah berada dalam tren penurunan. "Karena harga sahamnya dijaga agar tidak terlalu jeblok. Buktinya saja ada anjuran buyback saham," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×