kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semen Indonesia (SMGR) akui penjualan semen di semester I tertekan


Senin, 22 Juli 2019 / 16:26 WIB
Semen Indonesia (SMGR) akui penjualan semen di semester I tertekan


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi semen sepanjang semester I 2019 melemas. Hal ini turut menekan penjualan PT Semen Indonesia (SMGR, anggota indeks Kompas100) di semester I 2019. 

Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat, rata-rata konsumsi semen sepanjang semester I tahun 2018 mencapai 6,58 juta ton per bulan. Sedangkan tahun ini, pada kurun waktu yang sama, rata-rata permintaan semen hanya 4,9 juta ton per bulan alias turun sekitar 670.000 ton.

ASI juga mengatakan ada beberapa pabrik yang menghentikan produksinya pada Mei dan Juni seperti SMGR. Stok semen yang berlebih ditengarai menjadi sebab.

SMGR sendiri tak memungkiri data yang disodorkan oleh ASI tersebut. GM of Corporate Communication SMGR Sigit Wahono menduga kondisi sosial politik tak dapat dihindarkan.

Sigit menyebut momentum pemilihan umum membuat beberapa proyek swasta maupun proyek negara tertahan. “Plus beberapa proyek infrastruktur nasional juga sudah selesai disamping itu proyek kemarin sudah pada selesai,” ujar Sigit, Senin (22/7).

Hal itu belum juga ditambah dengan fakta bahwa momentum pemilu berdekatan dengan bulan puasa serta libur lebaran. Sehingga hal-hal tersebut menjadi katalis negatif bagi laju penjualan semen perusahaan.

Sepanjang semester I 2019, penjualan SMGR tertekan sebesar 5,14%. Sigit menyebut sepanjang periode itu, volume penjualan SMGR sendiri sebesar 11,2 juta ton. Angka itu lebih tipis dari realisasi semester satu tahun 2018 yang sebesar 11,8 juta ton.

Tekanan juga terjadi pada entitas anak perusahaan yaitu PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB). Pabrikan yang dulu dikenal dengan merk Holcim itu mencatat penurunan penjualan tipis sebesar 2,3% yakni sebesar 4,46 juta ton. Sedangkan pada tahun lalu, SMCB sendiri mencatat penjualan sebesar 4,55 juta ton. Sebagaimana diketahui, SMCB resmi diakuisisi oleh SMGR pada tahun ini.

Meski begitu, Sigit menyanggah bahwa pemberhentian operasional pabrik yang disebutkan ASI disebabkan oleh konsumsi semen yang menurun. Ia berdalih, justru penurunan permintaan itu dimanfaatkan oleh SMGR untuk melakukan maintenance shutdown. “Maintenance ini rutin dilakukan setiap tahun, agar fasilitas produksi mampu beroperasi dengan optimal,” akunya.

Sigit optimis konsumsi semen di semester dua akan kembali normal seiring dengan kondisi dalam negeri yang kondusif. Hal itu setidaknya sudah tampak dari penjualan SMGR di bulan Juni lalu.

Pada periode itu SMGR membukukan penjualan sebesar 1,43 juta ton. Angka itu naik double digit secara year on year (yoy), tepatnya sebesar 11,5%. Sebagai informasi, di bulan Juni 2018, penjualan semen SMGR sendiri mencapai 1,28 juta ton.

Sigit menyebut, SMGR masih akan fokus untuk menjaga target penjualan sesuai dengan pertumbuhan konsumsi semen nasional sehingga market share tetap terjaga. Salah satunya dengan terus fokus menyinergikan seluruh fasilitas produksi dan distribusi pasca akuisisi SMCB ke dalam Semen Indonesia Group. 

“Dalam sisi produksi, optimalisasi dilakukan dengan menyesuaikan utilisasi pabrik yang dimiliki oleh Perseroan,” terang Sigit singkat.

Khusus untuk SMCB, selain mengandalkan penjualan semen, mereka juga mulai memutar otak untuk tidak merugi pada tahun ini. Salah satunya adalah dengan menjual maupun menyewakan beberapa asetnya. 

Per 1 Juli lalu SMCB telah berhasil menyewakan sebidang tanah seluas 65.000 meter persegi yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. SMCB menyewakan tanahnya selama sepuluh tahun dengan nilai sewa mencapai Rp 57,03 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×