Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas BI rate sebesar 25 basis poin (bps) jadi 5,75% membawa angin segar di sektor properti. Namun sejumlah tantangan masih membayangi sektor properti pada tahun 2025 ini.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Dimas Krisna Ramadhani mengatakan, secara teori, penurunan suku bunga memberikan dampak positif ke sektor properti. Akan tetapi, data inflasi yang terus turun sejak Maret 2024 menunjukkan penurunan daya beli masyarakat, terutama segmen kelas menengah.
Maka, emiten properti yang lebih fokus pada pasar kelas menengah atas yang cenderung lebih stabil daya belinya bakal mendapatkan manfaat lebih besar dari penurunan suku bunga ini.
Baca Juga: BRIS Tersengat Sentimen Positif Pengurangan Penerbitan SRBI dan Rekomendasi Analis
Dimas juga menilai, emiten properti dengan posisi neraca yang kuat akan lebih tangguh terhadap penurunan daya beli masyarakat.
"BSDE bisa menjadi salah satu emiten properti yang menarik dipantau," kata Dimas, Jumat (17/1).
Dimas menilai, tren investasi di sektor properti pada 2025 akan cenderung stagnan. Hal ini disebabkan fokus masyarakat yang lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar.
Analis BCA Sekuritas Ryan Yani Santoso Sektor menilai, memberi peringkat netral untuk sektor properti, karena belum ada katalis kuat yang dapat mendukung permintaan.
Namun, dia menyukai saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), karena menyasar segmen pelanggan premium, yang memiliki daya beli berkelanjutan.
Baca Juga: Kinerja Emiten BUMN Karya Positif di Semester I, Cek Rekomendasi Analis
Menurut Ryan, inisiatif pemerintah untuk mengatasi backlog properti cuma memberikan dampak terbatas pada kinerja emiten, karena insentif PPN properti sudah diperpanjang sejak 2021 dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) masih tersedia untuk segmen berpenghasilan rendah.
"Proyeksi kami, penjualan pemasaran perusahaan seperti BSDE, CTRA, SMRA, PANI hanya akan tumbuh 3,3% yoy pada 2025," kata Ryan dalam riset, Rabu (15/1).
Riset ini juga menyatakan, tingkat kepemilikan rumah di Indonesia meningkat jadi 84,95% pada 2024, dibandingkan 81,08% tahun 2021.
Namun, minat terhadap properti sebagai investasi diprediksi mulai menurun, seiring pertumbuhan indeks harga properti (IHPR) yang lebih datar.
Selain itu, suku bunga KPR cenderung stabil, dengan selisih suku bunga yang kian mengecil sejak 2022, meskipun ada harapan penurunan suku bunga acuan 50 bps.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri Suweleh mempertahankan peringkat overweight untuk sektor properti karena valuasi pengembang saat ini diperdagangkan dengan diskon yang signifikan dibandingkan dengan lima tahun terakhir.
Ismail memperkirakan, pertumbuhan pra-penjualan emiten akan stabil di level 5% pada 2025 dan 2% pada 2026.
Baca Juga: Kinerja BRIS Terdampak Positif Pengurangan Penerbitan SRBI, Cek Rekomendasi Analis
BRI Danareksa Sekuritas menempatkan CTRA sebagai top picks dan merekomendasikan buy CTRA, PWON, SMRA dan BSDE di target harga masing-masing Rp 1.700, Rp 640, Rp 800 dan Rp 1.550.
Sedangkan BCA Sekuritas merekomendasikan buy SMRA dan PANI dengan target harga masing-masing Rp 660 dan Rp 21.000. Lalu, hold CTRA dan BSDE di target Rp 1.600 dan Rp 1.000.
Selanjutnya: Ini 6 Tips Membaca Chat WhatsApp Tanpa Buka Aplikasi untuk Pemula
Menarik Dibaca: Tonton 5 Film Tentang Single Mom Ini Jika Mau Tahu Beratnya Jadi Ibu Tunggal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News