Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
“Sektor manufaktur yang menghadapi persaingan ketat dari produk impor akan lebih terdampak jika dibandingkan dengan sektor konsumsi yang memiliki loyalitas pelanggan yang tinggi,” ujarnya.
Ketiga, porsi penjualan emiten ke pasar domestik dan luar negeri. Semakin besar porsi penjualan emiten ke pasar domestik, maka semakin besar potensi kenaikan permintaan akibat kenaikan daya beli masyarakat.
Sebaliknya, semakin besar porsi penjualan emiten ke pasar luar negeri, maka semakin besar risiko pelemahan nilai tukar rupiah yang akan menurunkan pendapatan emiten dalam mata uang rupiah.
“Contohnya, sektor ritel yang mayoritas menjual produk ke pasar domestik akan lebih terdorong daripada sektor energi yang mayoritas menjual produk ke pasar luar negeri,” katanya.
Reza menuturkan, efek kenaikan UMP terhadap saham emiten dapat dilihat dari pergerakan harga saham, volume perdagangan, dan rasio valuasi emiten.
Secara umum, emiten yang mendapatkan katalis positif dari kenaikan UMP akan mengalami kenaikan harga saham, volume perdagangan, dan rasio valuasi, seperti price to earnings ratio (PER) dan price to book value ratio (PBV).
“Sebaliknya, emiten yang mendapatkan katalis negatif dari kenaikan UMP akan mengalami penurunan harga saham, volume perdagangan, dan rasio valuasi,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News