kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Sebelum berburu dividen FASW dan WOMF, simak rekomendasi berikut


Selasa, 17 Maret 2020 / 21:35 WIB
Sebelum berburu dividen FASW dan WOMF, simak rekomendasi berikut
ILUSTRASI. Dua emiten baru saja mengumumkan pembagian dividen tunai final tahun buku 2019.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua emiten baru saja mengumumkan pembagian dividen tunai final tahun buku 2019. Mereka adalah produsen kertas PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) dan perusahaan multifinance PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF).

FASW akan menebar dividen Rp 184 per saham. Secara keseluruhan, nilainya mencapai Rp 455,93 miliar atau setara 47,06% laba bersih tahun lalu. 

Sementara itu, WOMF akan membagikan dividen Rp 22,4 per saham dengan nilai total dividen sebesar Rp 77,9 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan radio pembayaran (payout ratio) dividen 30% dari laba bersih 2019. 

Baca Juga: FASW dan WOMF akan tebar dividen, begini rekomendasi analis

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, yield dividen WOMF lebih menarik dari FASW, terutama untuk investor retail. Pada perdagangan Selasa (17/3), saham WOMF ditutup naik 7,76% ke Rp 250 per saham. Dengan begitu, yield dividennya adalah sebesar 8,96%. 

Sementara itu, FASW yang ditutup menguat 1,44% ke Rp 7.050 per saham, hanya menawarkan yield dividen 2,6%. "FASW juga kurang likuid. Hari ini hanya terjadi transaksi Rp 9,19 juta. WOMF sedikit lebih likuid dibanding FASW," ucap Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (17/3).

Menurut Sukarno, saham FASW akan menjadi menarik apabila harganya dapat turun lagi sehingga yield dividennya bisa lebih tinggi. Meskipun begitu, Sukarno menilai, saham-saham tersebut cocok untuk dikoleksi hanya demi mengincar pembagian dividen, bukan investasi jangka panjang. Alasannya, pergerakan kedua saham tersebut secara historikal tidak menarik.

Baca Juga: IHSG turun 29,25% sejak awal tahun, investor lebih senang memegang uang tunai

Terlebih lagi, pasar modal yang sedang berfluktuasi signifikan membuat tekanan jual melebihi aksi beli. "Dengan kondisi indeks saham yang tengah berada dalam penurunan, susah mencari peluang saham yang menguat," ungkap dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×