kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham-Saham Ini Jadi Favorit Investor Asing, Tetap Selektif Jika Ingin Koleksi


Kamis, 19 Oktober 2023 / 07:23 WIB
Saham-Saham Ini Jadi Favorit Investor Asing, Tetap Selektif Jika Ingin Koleksi
ILUSTRASI. Pengelola dana investasi asal luar negeri masih cukup rajin mengincar cuan dari saham yang melantai di Bursa Efek Indonesia.ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana investor asing memang masih tertahan. Dalam periode tahun berjalan hingga Rabu (18/10), posisinya masih net sell dengan total nilai Rp 7,15 triliun. Tetapi, bukan berarti saham-saham emiten di Indonesia kehilangan daya tarik.

Merujuk RTI Business, saham favorit investor asing yang tercatat dalam net foreign buy cukup bervariasi. Mulai dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan PT MD Pictures Tbk (FILM).

Pengelola dana investasi asal luar negeri masih cukup rajin mengincar cuan dari saham yang melantai di Bursa Efek Indonesia. Hanya saja, para fund manager asing akan menyesuaikan strategi investasinya dengan dinamika ekonomi dan sentimen pasar.

Head of Retail Marketing & Product Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengamati, di samping indikator fundamental dan valuasi, fund manager asing juga selektif mencermati rotasi sektor. Ini penting untuk memilah saham sesuai siklus industri yang sedang terjadi.

Baca Juga: Net Sell Jumbo di Pasar, Rekomendasi Saham Hari Ini Bisa Anda Kejar

"Fund manager dapat mencari peluang keuntungan yang lebih tinggi dengan mengidentifikasi sektor yang memiliki prospek pertumbuhan kuat dalam jangka pendek atau menengah," kata Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (18/10).

Guna mencapai keseimbangan dalam memanfaatkan momentum sekaligus mengelola risiko, CEO Pinnacle Investment Indonesia Guntur Putra melihat fund manager pun akan melakukan diversifikasi. Dus, keranjang portofolionya akan diisi oleh saham yang beragam, baik secara sektor maupun skala kapitalisasi pasarnya.

Meski, saham-saham big cap atau yang berkategori bluechip tetap mendominasi. 

"Diversifikasi dapat membantu mengelola risiko dan meraih potensi pertumbuhan yang lebih seimbang," ujar Guntur.

Langkah itu juga ditempuh oleh sejumlah fund manager asing semacam BlackRock, JPMorgan, serta Morgan Stanley, Mereka memiliki koleksi saham beragam.

Contohnya BlackRock yang di antaranya mengempit sahamBBRI, BBNI, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).

Kemudian ada JP Morgan yang antara lain mengoleksi saham BBRI, TLKM, ICBP, UNVR, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Indosat Tbk (ISAT), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP).

Sementara itu, Morgan Stanley menggenggam saham AMRT, BMRI, BBRI, BBCA, BBNI, FILM, PT Avia Avian Tbk (AVIA), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

Meski beragam, tapi ketiganya cukup kompak mengoleksi saham tahan banting dengan kinerja stabil seperti empat saham big bank. "Saham bank termasuk defensif, bisnis model yang tahan terhadap fluktuasi ekonomi dan pasar. Selain itu, saham-saham bank juga menawarkan dividen yang cukup menarik," imbuh Reza.

Sektor dan Saham Prospektif

Equity Research Jasa Utama Capital Sekuritas Samuel Glenn memprediksi saham perbankan masih jadi favorit para fund manager asing. Sektor lain yang menarik jadi incaran adalah consumer goods dan pertambangan.

Samuel memandang, pada tahun 2024 fund manager asing akan fokus mencermati dua faktor penting, yakni situasi makro ekonomi dan geopolitik. Keduanya bakal memengaruhi volatilitas harga energi, terutama minyak mentah serta tingkat inflasi.

Baca Juga: Saham Ambles, Begini Emiten yang Punya Kaitan dengan GOTO

Dengan prospek ekonomi Indonesia yang lebih stabil, Samuel optimistis saham-saham di bursa Indonesia tetap punya daya tarik. 

"Fund manager yang mengenal secara dalam sisi bisnis model dan keunggulan kompetitif perusahaan tersebut cenderung akan menambah stabilitas portfolio return dan mengurangi portfolio risk," sebut Samuel.

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menambahkan, saham-saham emiten energi baru dan terbarukan serta sektor properti layak menjadi pilihan. Selain bank, investor asing juga masih menimbang saham energi dan tambang.

William memperkirakan, saham-saham yang berpotensi jadi incaran diantaranya ada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Hanya saja, dia mengingatkan tidak semua saham-saham pilihan investor maupun fund manager asing bakal melejit.

Oleh sebab itu, investor domestik tetap harus selektif dalam memilah saham. William menyoroti, likuiditas juga menjadi faktor yang krusial. 

"Sebagian besar dari pilihan fund manager umumnya saham-saham yang likuid. Ini dilakukan agar mudah untuk melepas saat rebalancing," tandas William. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×