Reporter: Chindy Puri, Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Euforia kembali menghampiri pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali memecahkan rekor, setelah kemarin bertengger di posisi 5.939,45.
Rekor baru IHSG menjadi bahan bakar bagi pelaku pasar untuk mengoleksi saham. Sebagai panduan, Anda bisa melihat rekomendasi yang diberikan para analis terhadap suatu saham. Ada beberapa saham yang secara konsensus mendapatkan rekomendasi beli dari para analis.
Bila melihat konsensus rekomendasi analis, saham-saham sektor konstruksi rata-rata mendapatkan rekomendasi beli. Disusul berikutnya saham-saham pertambangan, properti, konsumer dan media.
Meski masih dibayangi sentimen negatif, beberapa saham dari sektor tersebut layak dikoleksi. Salah satunya adalah saham PT Timah Tbk (TINS). Menurut catatan Bloomberg, seluruh analis yang memasukkan saham TINS dalam coverage analisanya memberi rekomendasi buy bagi saham ini.
Target harga TINS berdasarkan konsensus analis adalah Rp 1.209 per saham. Pada perdagangan kemarin, harga TINS ditutup di Rp 825 per saham. Artinya, potensi imbal hasil yang bisa diperoleh dari TINS mencapai 46,6%.
Saham lain yang memperoleh rekomendasi beli berdasarkan konsensus analis adalah MEDC. Konsensus target harga MEDC adalah Rp 1.053 per saham. Jadi, potensi return dari saham ini mencapai 34,2%.
Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra melihat, pertumbuhan fundamental MEDC yang positif menjadi alasan saham ini layak koleksi. "Bisnis intinya berjalan sesuai harapan dan di atas ekspektasi," jelas Aditya, kemarin.
Dari sektor konstruksi, konsensus analis merekomendasikan beli saham WTON, dengan target harga konsensus Rp 879 per saham. Jadi ada potensi upside 58,3%. WSBP juga mendapat rekomendasi buy dari para analis, dengan target harga Rp 637 per saham dan potensi return sebesar 73%.
Aditya melihat valuasi sektor konstruksi agak murah karena harga sahamnya terus turun. Meski demikian, fundamentalnya positif. Dia menganggap prospek sektor konstruksi tahun depan bagus. Momentum ini dapat dimanfaatkan pelaku pasar membeli saham konstruksi, mengingat harga saham sudah undervalued. "Bagi investor long term tidak masalah, sabar saja menunggu ke kenaikan harga," imbuh dia.
Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja memilih INDF untuk dikoleksi jangka panjang. Sebab, fundamental emiten ini cukup kuat. "Boga Sari termasuk terbesar di Indonesia, lalu mi instan Indomie menguasai 70% market share," ungkap dia.
Konsensus analis menetapkan target harga INDF di Rp 9.553 per saham. Dengan demikian, potensi return mencapai 11,1%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News