kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham gocap ini mulai bangun dari tidur


Kamis, 12 April 2018 / 22:34 WIB
Saham gocap ini mulai bangun dari tidur
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini saham-saham klub gocap kembali menyedot perhatian. Saham yang kerap disebut sebagai saham zombie ini, berangsur-angsur seolah bangkit dari liang terendah harga perdagangan saham reguler.

Hingga akhirnya, mereka berhasil keluar dan mencetak gain dengan pertumbuhan yang cukup tinggi. Dari penelusuran Kontan.co.id, ada lima saham yang sebelumnya masuk dalam daftar saham gocap, kemudian bangkit.

Di antaranya seperti PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM), PT Mahaka Media Tbk (ABBA), PT Triwira Insanlestari Tbk (TRIL), PT Indo Acidatama Tbk (SRSN), dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI).

Pada penutupan perdagangan Kamis (12/4) bahkan empat saham gocap mulai bangkit. Mereka adalah PT Polaris Investama Tbk (PLAS), PT Smart Telecom Tbk (FREN), PT Mitra Investindo Tbk (MITI), dan PT Himalaya Energi Perkasa Tbk (HADE).

Pergerakan saham gocap seperti SRSN misalnya. Investor mulai melakukan akumulasi beli pada 10 April 2018. Kemudian saham ini berlanjut naik pada perdagangan hari berikutnya dan sempat ditutup autorejection.

Belum ketahuan ada aksi korporasi apa, sehingga saham tersebut meroket. Namun, bila ditinjau dari kinerja, SRSN pada tahun 2017 membukukan pendapatan Rp 521,5 miliar atau naik 4,18% (YoY) dan laba bersih Rp 17,7 miliar atau naik 60,08% (YoY).

“Untuk spekulasi buy mencari capital gain boleh dilakukan sambil menunggu berita bagus seperti emiten akan melakukan aksi korporasi,” kata Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia kepada Kontan.co.id, Rabu (11/4).

Dari kelima saham gocap yang sempat naik tersebut, sejatinya baru SRSN saja yang berhasil mencetak laba bersih. Keempat emiten lainnya justru masih mencetak rugi bersih seperti TRIL, ABBA, BBRM, dan TAXI.

Sebagian tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan harga saham emiten melambung. Namun, ada saham yang bergerak karena faktor rumor.

Belum lepas dari perhatian, saham TAXI beberapa waktu sebelumnya juga sempat mencuri perhatian. Ini masih terkait dengan rumor pasar yang beredar, bahwa perusahaan transportasi tersebut ingin diakuisii oleh Go-Jek.

Alhasil, saham TAXI pun terbang mendapat sentimen tersebut. Manajemen telah memberikan klarifikasi bahwa mereka belum menerima kabar tersebut, saham ini tak kunjung turun ke zona 50.

Bertoni menyatakan mayoritas saham gocap telah lama listing di BEI. Bahkan lebih dari 10 tahun terakhir. Sebelum menyentuh level terendah, saham gocap pernah mencatatkan saham level tertinggi. Misalnya saja BUMI yang pernah berada pada level 8.300 pada tahun 2008.

Pun demikian halnya dengan TRIL yang pernah berada di level tertinggi pada 1.490 pada 2008. SRSN tertinggi 540 pada 2007. Aksi jual atau profit taking dari pemegang saham yang terus-menerus hingga akhirnya saham tersebut masuk dalam emiten gocap.

Profit taking terjadi seiring kinerja keuangannya semakin memburuk. Adanya kekhawatiran yang berlebihan juga mendorong investor untuk realisasi jual.

Selain itu, manajemen perseroan yang salah mengambil tindakan juga berdampak negatif untuk perusahaan dan tidak ada perbaikan kinerja emiten. Seiring berjalannya waktu manajemen emiten bisa kembali optimistis, sehingga melakukan ekspansi dengan melakukan aksi korporasi.

“Beberapa emiten yang berhasil keluar dari gocap biasanya melakukan aksi korporasi seperti melakukan rights issue, reverse stock, konversi obligasi ke saham, dan dapat pinjaman dari pemegang saham,” katanya.

Saham gocap selalu memiliki risiko tinggi. Meskipun di sisi lain, bisa menghasilkan gain yang berlipat pula karena gocap merupakan harga terendah.

Menurut Rio, hanya investor spekulan yang mau membeli saham gocap dan menunggu waktu jual untuk periode yang tidak ditentuan. “Dimana berharap ada aksi korporasi dari emiten, sebaiknya hindari saham gocap jika dikabarkan dari emiten mau reverse stock,” ujarnya.

Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest menyatakan untuk masuk ke saham gocap, ada baiknya pelaku pasar memperhatikan bagaimana aksi korporasi bisa memperbaiki kinerja pada tahun mendatang.

Di antaranya seperti rencana untuk membayar utang, kemudian target tersebut tercapai dan ada kenaikan kinerja yang signifikan serta berkelanjutan. “Tapi kalau sekadar rumor tidak cocok untuk investasi,” kata Aditya kepada Kontan.co.id, Rabu (12/4).

Saham gocap ini memang terbilang cocok untuk trading dan target jangka pendek. Dia merekomendasikan, sebaiknya bila sudah untung pelaku pasar bisa langsung merealisasikan keuntungan.

Beberapa saham boleh jadi mencatatkan kenaikan yang signifikan dan mengalami autorejection. Namun, perlu juga dipertimbangkan sejauh mana hal tersebut bisa terjadi. “Misalnya ada perusahaan memang bagus. Ini masih belum cukup, pertimbangkan volumenya juga,” imbuhnya.

Bila memang ada perusahaan yang senantiasa memperbaiki kinerja dari waktu ke waktu, itu bisa dicermati. Untuk masuk saham ini, investor bisa masuk secara bertahap.

Diharapkan memang jangan sampai seluruh modal masuk ke dalam saham seperti ini. “Saham ini volatilitas tinggi, jadi sangat berisiko. Ikut dulu dari sisi volume, dan pantau juga laporan kinerja emiten tersebut,” imbuhnya.

Beberapa saham naik drastis, bisa jadi karena ulah market maker yang bermodal besar. Untuk itu, investor yang hanya sekadar ikut juga cenderung berisiko tinggi dan harus hati-hati. Untuk mengkritisinya, kinerja emiten tersebut bisa ditinjau dari sisi earning perusahaan. Apakah memiliki kinerja yang hijau atau masih merah.

Persoalan utang dan prospek bisnis juga perlu menjadi tinjauan. Bisa jadi sektor yang bagus, turut mengerek kinerja emiten tersebut nantinya.

Emiten yang baik akan selalu rajin meng-update capaian kinerjanya, bahkan tiap bulan. “Perhatikan juga kebijakan perusahaan seperti rights issue, maupun rencana pengurangan utang,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×