Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sedangkan, di dua bulan pertama tahun ini, BMRI menyalurkan kredit senilai Rp 753,1 triliun. Kredit ke segmen wholesale tercatat tumbuh menjadi Rp 492,7 triliun. Sebagai perbandingan penyaluran kredit di sepanjang tahun lalu sebesar Rp 763 triliun menurun 3,63% yoy.
Rahmi mengatakan tanda awal pemulihan permintaan kredit mulai terlihat. Hal ini tercermin dari BMRI yang berhasil membukukan laba nonkosolidasi sebesar Rp 3,9 triliun hingga Februari. Sementara laba naik 13% secara bulanan didukung oleh pertumbuhan buku pinjaman.
"Kami mempertahankan target pertumbuhan pinjaman di sepanjang tahun ini sebesar 3,1% yoy," kata Rahmi. Tentunya pemulihan ekonomi bisa meningkatkan pinjaman modal kerja dari segmen korporasi.
Segmen korporasi masih menjadi penyumbang kredit terbesar bagi BMRI dengan jumlah pinjaman terhutang sebesar Rp 344,3 triliun atau 38,6% dari total kredit di sepanjang tahun lalu. Namun, segmen ini juga menyumbang NPL cukup tinggi bagi BMRI. Tercatat NPL BMRI di sepanjang tahun lalu naik menjadi 3,1% dari posisi 2,3% di 2019.
Baca Juga: Aliran Kredit Korporasi Mulai Menggeliat
Bank Mandiri mengatakan di tahun ini akan menjaga NPL di level 3%. Sementara target pertumbuhan kredit berada di kisaran 6%-7% di tahun ini.
Suria merekomendasikan beli saham BMRI dengan target harga Rp 8.000 per saham. Kompak, Rahmi juga rekomendasikan beli di target harga Rp 7.875 per saham.
Baca Juga: Penyaluran KPR FLPP semakin meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News