Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19 membuat laba bersih PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menurun cukup dalam. Penurunan pendapatan bunga dan meningkatnya pencadangan guna mengantisipasi risiko kredit jadi tidak dapat dihindarkan.
Sepanjang tahun lalu, laba bersih bank pelat merah ini turun 37,71% secara year on year (yoy) menjadi Rp 17,1 triliun. Sementara, net interest margin (NIM) BMRI turun 0,91% ke level 4,65%.
Suria Dharma, analis Samuel Sekuritas mencatat, laba bersih BMRI tertekan oleh peningkatan biaya provisi sebesar 89,7% yoy. "Peningkatan biaya provisi sebesar Rp 7,2 triliun di kuartal keempat 2020 membuat total biaya provisi di sepanjang tahun lalu jadi naik 89% menjadi Rp 22,9 triliun," kata Suria, Kamis (21/4).
Rahmi Marina, analis Maybank Kim Eng Sekuritas mencatat dalam risetnya, hingga Februari, BMRI kembali menyisihkan Rp 2,2 triliun untuk biaya provisi. Dana tersebut disiapkan untuk memperkuat cakupan loan to asset ratio (LAR).
Baca Juga: Selain perlambatan ekonomi, ini sejumlah sentimen lain yang bisa menekan IHSG
Rahmi juga memperhitungkan biaya kredit BMRI di sepanjang 2021 sebesar 2,1%. Dengan begitu, Rahmi optimistis BMRI bisa meningkatkan cakupan LAR menjadi 48% dari sebesar 37% di tahun lalu. "Cakupan LAR bisa meningkat karena porsi pinjaman yang direstrukturisasi menurun," kata Rahmi.
Sementara, manajemen Bank Mandiri menargetkan cost of fund di tahun ini berusaha dijaga mendekati 2%. BMRI berupaya mencapai target ini dengan menurunkan suku bunga deposito sejak kuartal ketiga dan keempat tahun lalu.
Baca Juga: Rasio NPL Kredit Produktif Berpotensi Naik
Sedangkan, di dua bulan pertama tahun ini, BMRI menyalurkan kredit senilai Rp 753,1 triliun. Kredit ke segmen wholesale tercatat tumbuh menjadi Rp 492,7 triliun. Sebagai perbandingan penyaluran kredit di sepanjang tahun lalu sebesar Rp 763 triliun menurun 3,63% yoy.
Rahmi mengatakan tanda awal pemulihan permintaan kredit mulai terlihat. Hal ini tercermin dari BMRI yang berhasil membukukan laba nonkosolidasi sebesar Rp 3,9 triliun hingga Februari. Sementara laba naik 13% secara bulanan didukung oleh pertumbuhan buku pinjaman.
"Kami mempertahankan target pertumbuhan pinjaman di sepanjang tahun ini sebesar 3,1% yoy," kata Rahmi. Tentunya pemulihan ekonomi bisa meningkatkan pinjaman modal kerja dari segmen korporasi.
Segmen korporasi masih menjadi penyumbang kredit terbesar bagi BMRI dengan jumlah pinjaman terhutang sebesar Rp 344,3 triliun atau 38,6% dari total kredit di sepanjang tahun lalu. Namun, segmen ini juga menyumbang NPL cukup tinggi bagi BMRI. Tercatat NPL BMRI di sepanjang tahun lalu naik menjadi 3,1% dari posisi 2,3% di 2019.
Baca Juga: Aliran Kredit Korporasi Mulai Menggeliat
Bank Mandiri mengatakan di tahun ini akan menjaga NPL di level 3%. Sementara target pertumbuhan kredit berada di kisaran 6%-7% di tahun ini.
Suria merekomendasikan beli saham BMRI dengan target harga Rp 8.000 per saham. Kompak, Rahmi juga rekomendasikan beli di target harga Rp 7.875 per saham.
Baca Juga: Penyaluran KPR FLPP semakin meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News