Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 190,73 poin atau melemah 4,42%.
Mengutip data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), dari penurunan sebesar 190,73 poin itu, sebesar 67,3 poinnya digerus oleh saham PT Astra International Tbk (ASII).
Harga saham ASII sendiri saat ini ada di level Rp 6.100 per saham. Artinya, secara year to date saham ASII sudah turun 19,7%.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities bilang, saham ASII menjadi penggerus lantaran saham ASII termasuk sebagai saham big cap. Jika ada sentimen positif, tujuan pertama investor adalah membeli saham big cap.
"Begitu pula sebaliknya. Kondisi yang banyak sentimen negatifnya seperti saat ini membuat investor membuang saham big cap dan memilih saham-saham second liner," tutur Reza, (16/12).
Meski secara tidak langsung, tapi saham ASII tetap terkena sentimen negatif kondisi makro belakangan ini.
Soal BI rate, saham ASII juga menjadi korban lantaran konsumen mengerem pembelian mobilnya secara kredit. Belum lagi adanya beberapa peraturan yang mengatur down payment (DP) baik untuk sektor properti maupun otomotif.
Sentimen negatif kedua adalah soal pelemahan rupiah. Pelemahan kurs rupiah atas dolar AS akan membuat biaya impor bahan baku naik. ASII memang merakit produk mobilnya di Indonesia. "Tapi, masih ada suku cadang yang tetap harus diimpor dari luar negeri," pungkas Reza.
Pada kesempatan sebelumnya, Peter P. Sutedja, analis CIMB Securities Indonesia juga memberikan penjelasan senada, terkait sentimen negatif yang memberatkan langkah saham ASII.
Kenaikan BI rate bisa dipastikan akan memukul permintaan di sektor otomotif yang pada akhirnya akan mengganggu fundamental ASII.
Bahkan, dia menyarankan menghindari saham ASII selama outlook industrinya belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. "Itu sebabnya, rating saham ASII saat ini adalah underperform," pungkas Peter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News