Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Posisi rupiah Rabu (3/9) pagi ini tampak tak bertenaga melawan dollar Amerika Serikat. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 10.18 WIB, rupiah melemah 0,3% menjadi 11.783 per dollar.
Pada transaksi sebelumnya, mata uang Garuda ini sempat menyentuh level 11.790 per dollar AS yang merupakan level terlemah sejak 8 Agustus lalu. Sehingga, dalam tiga hari terakhir, pelemahan rupiah mencapai 0,8%.
Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah melemah 0,3% menjadi 11.781 per dollar Amerika Serikat. Kemarin, kurs rupiah JISDOR berada di level 11.734.
Adapun nilai tukar rupiah di pasar offshore (NDF) untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 0,2% menjadi 11.843 per dollar AS. Artinya, nilai rupiah di pasar offshore lebih lemah 0,5% dibanding nilai rupiah di pasar spot.
Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh spekulasi kenaikan tingkat suku bunga acuan the Federal Reserve seiring membaiknya perekonomian AS.
"Pelemahan rupiah sebagian besar didorong oleh faktor eksternal seperti outlook kenaikan suku bunga AS. Tingkat permintaan sukuk global cukup kuat, yang berarti positif. Namun, faktor eksternal masih memberatkan rupiah," papar Nurul Eti Nurbaeti, Head of Treasury Research PT Bank Negara Indonesia kepada Bloomberg.
Catatan saja, Pemerintah Indonesia berhasil meraup dana US$ 1,5 miliar dari penjualan sukuk berdenominasi dollar AS dengan posisi yield terendah sejak 2012. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan, tingkat yield dari obligasi sukuk berjangkawaktu 10 tahun berada di level 4,35%. Sebagai perbandingan, tingkat yield untuk surat obligasi pemerintah yang berjangka waktu 5,5 tahun di 2013 berada di posisi 6,125%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News