kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah siap hadapi tekanan The Fed


Rabu, 01 Maret 2017 / 09:10 WIB
Rupiah siap hadapi tekanan The Fed


Reporter: Umi Kulsum, Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah terbilang cukup stabil dalam sebulan terakhir. Sepanjang Februari, kurs rupiah tercatat mampu menguat 0,23% dan membuat investor asing tertarik masuk ke pasar dalam negeri.

Padahal, tekanan dari eksternal cukup besar. Optimisme pasar atas kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump dan rencana kenaikan suku bunga The Fed di Maret membuat indeks dollar AS melesat 1,44% selama Februari.

Bahkan, beberapa pejabat The Fed telah memberi sinyal hawkish mengenai perlunya kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam tersebut juga mendukung. Ekonomi AS di 2016 tumbuh sekitar 2%.

Gundy Cahyadi, Ekonom DBS Group Research, memprediksi, kenaikan suku bunga The Fed bisa terjadi empat kali, masing-masing 25 basis poin, sepanjang tahun ini. Pemulihan ekonomi AS yang terus berlanjut mendukung kenaikan tersebut.

Tahun ini, pertumbuhan ekonomi AS bisa mencapai 2,7%. Penjualan ritel AS juga berada dalam level tercepat dalam lima tahun. "Perekonomian AS saat ini telah kembali di level full-employment. Selain itu, inflasi juga telah mencapai target The Fed, yakni 2% sejak Desember 2016," ujar Gundy, Selasa (28/2).

Dampak kenaikan suku bunga The Fed tentu membuat dollar AS semakin perkasa dan akhirnya melemahkan rupiah. Tetapi, mata uang Garuda juga memiliki amunisi dari dalam negeri untuk menghadapi tekanan dollar AS.

Gundy memperkirakan, perekonomian Indonesia terus ditopang permintaan domestik. Pertumbuhan konsumsi stabil di kisaran 5% dan jadi penyokong utama perekonomian Indonesia.

Sektor ekspor dan impor juga jadi katalis positif yang dapat mengerek pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Stabilnya inflasi turut menjaga perekonomian. Tahun ini inflasi bakal lebih tinggi, yakni di kisaran 4,5%. Ini imbas kenaikan tarif listrik dan bahan bakar minyak. "Ini langkah positif pemerintah untuk membaiki kondisi fiskal," cetus Gundy.

Semakin cerahnya perekonomi Indonesia turut berdampak pada masuknya investor asing ke pasar dalam negeri. Terlihat dari kepemilikan investor asing di surat utang negara (SUN) meningkat 3,6% menjadi Rp 689,81 triliun per 27 Februari (yoy).

Kenaikan angka investasi seharusnya mendukung laju rupiah. Tapi juga diperlukan peran Bank Indonesia (BI) untuk menjaga rupiah tetap stabil. Gundy pun meramal rupiah berada di kisaran Rp 13.800 per dollar AS pada akhir tahun ini.

 Naik di Juni

 Berbeda, analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan, The Fed baru menaikkan suku bunga setelah pemerintah AS menerapkan kebijakan ekonominya.

Tapi secara fundamental, kondisi ekonomi dalam negeri yang masih terbilang kuat juga mendukung rupiah. Hal ini membuat mata uang Garuda tidak akan melemah signifikan. Akhir tahun, ia memprediksi rupiah berada di level Rp 13.400 per dollar AS. Bila melemah, rupiah akan bergerak di rentang Rp 13.500-Rp 13.600 per dollar AS.

Di saat rupiah melemah, Reny melihat, investor asing akan lebih tertarik membenamkan dana ke pasar obligasi. Apalagi surat utang Indonesia memperoleh outlook positif dari lembaga pemeringkat internasional, yakni Fitch Rating dan Moody's.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat The Fed baru menaikkan suku bunga di Juni. Dengan demikian, sentimen penggerak rupiah hingga akhir Maret belum ada sentimen yang dominan.

Di satu sisi, kebijakan ekonomi Trump sudah jelas lantaran diungkapkan dalam pidato di depan Kongres pekan ini. Tetapi di sisi lain, rupiah masih akan digerakkan oleh spekulasi kenaikan suku bunga The Fed bulan Juni.

Josua memperkirakan akhir Maret nanti rupiah masih berpotensi tertekan karena ketidakpastian global. Ia memprediksi rupiah di Rp 13.300-Rp 13.400. Sedang hingga akhir tahun, Josua berasumsi suku bunga The Fed akan naik sebanyak dua kali.

Dengan demikian, rupiah masih akan cenderung melemah terbatas di kisaran Rp 13.400-Rp 13.500. Itu kalau kita lihat rata-ratanya rupiah tahun ini memang cenderung stabil karena kondisi dalam negeri juga dalam keadaan stabil, kata Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×