Reporter: Umi Kulsum, Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
Naik di Juni
Berbeda, analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan, The Fed baru menaikkan suku bunga setelah pemerintah AS menerapkan kebijakan ekonominya.
Tapi secara fundamental, kondisi ekonomi dalam negeri yang masih terbilang kuat juga mendukung rupiah. Hal ini membuat mata uang Garuda tidak akan melemah signifikan. Akhir tahun, ia memprediksi rupiah berada di level Rp 13.400 per dollar AS. Bila melemah, rupiah akan bergerak di rentang Rp 13.500-Rp 13.600 per dollar AS.
Di saat rupiah melemah, Reny melihat, investor asing akan lebih tertarik membenamkan dana ke pasar obligasi. Apalagi surat utang Indonesia memperoleh outlook positif dari lembaga pemeringkat internasional, yakni Fitch Rating dan Moody's.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat The Fed baru menaikkan suku bunga di Juni. Dengan demikian, sentimen penggerak rupiah hingga akhir Maret belum ada sentimen yang dominan.
Di satu sisi, kebijakan ekonomi Trump sudah jelas lantaran diungkapkan dalam pidato di depan Kongres pekan ini. Tetapi di sisi lain, rupiah masih akan digerakkan oleh spekulasi kenaikan suku bunga The Fed bulan Juni.
Josua memperkirakan akhir Maret nanti rupiah masih berpotensi tertekan karena ketidakpastian global. Ia memprediksi rupiah di Rp 13.300-Rp 13.400. Sedang hingga akhir tahun, Josua berasumsi suku bunga The Fed akan naik sebanyak dua kali.
Dengan demikian, rupiah masih akan cenderung melemah terbatas di kisaran Rp 13.400-Rp 13.500. Itu kalau kita lihat rata-ratanya rupiah tahun ini memang cenderung stabil karena kondisi dalam negeri juga dalam keadaan stabil, kata Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News