kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

DBS : Rupiah akhir tahun di level Rp 13.800


Selasa, 28 Februari 2017 / 20:30 WIB
DBS : Rupiah akhir tahun di level Rp 13.800


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah terbilang cukup stabil dalam sebulan terakhir. Rupiah mampu mencatat penguatan 0,23% di sepanjang bulan Februari dan bertengger di Rp 13.338 per dollar AS, Selasa (28/2).

Padahal, tekanan dari sisi global sebenarnya cukup besar. Indeks dollar AS tercatat menguat 1,44% selama bulan Februari. Ada beberapa sentimen yang mendukung kenaikan dollar AS. Di antaranya adalah optimisme kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump serta rencana kenaikan suku bunga The Fed.

Beberapa pejabat The Fed telah memberi sinyal perlunya kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Hal tersebut juga didukung oleh pencapaian ekonomi Negeri Paman Sam.

Gundy Cahyadi, Ekonom DBS Group Research berpandangan, kenaikan suku bunga The Fed bisa terjadi empat kali yakni masing-masing sebesar 25 basis poin sepanjang tahun ini. Pemulihan ekonomi AS yang terus berlanjut mendukung kenaikan suku bunga.

Pertumbuhan ekonomi AS mencapai 2,1% di tahun 2016 dan diprediksi ke 2,7% tahun ini. Sementara penjualan ritel telah berada dalam tingkat tercepat dalam lima tahun. "Perekonomian AS saat ini telah kembali di level full-employment. Selain itu, inflasi juga telah mencapai target The Fed yakni 2% sejak Desember 2016," ujarnya di Jakarta, Selasa (28/2).

Dampak kenaikan suku bunga The Fed tentu membuat dollar AS menguat, termasuk terhadap rupiah. Tetapi, mata uang Garuda memiliki amunisi dari dalam negeri untuk menghadapi tekanan USD.

Gundy memperkirakan, perekonomian Indonesia akan terus ditopang oleh permintaan domestik. Pertumbuhan konsumsi terus stabil di kisaran 5% dan akan terus menjadi penopang utama perekonomian Indonesia.

Lebih lanjut, angka ekspor dan impor terus naik sejak tahun 2016 sehingga akan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sementara angka inflasi tahun ini diprediksi 4,5% yakni lebih tinggi dari tahun 2016 di kisaran 3,5%. Hal tersebut merupakan imbas dari kenaikan tarif listrik dan bahan bakar minyak. "Ini merupakan langkah positif pemerintah untuk memperbaiki kondisi fiskal," kata Gundy.

Dengan proyeksi kenaikan suku bunga The Fed sebanyak empat kali tahun ini, Gundy memprediksi rupiah akan berada di kisaran Rp 13.800 per dollar AS pada akhir tahun. Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini di level 5,3% atau membaik dari tahun lalu di kisaran 5%.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×