kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah mempersempit pelemahan ke Rp 14.240 per dollar AS


Kamis, 28 Maret 2019 / 12:33 WIB
Rupiah mempersempit pelemahan ke Rp 14.240 per dollar AS


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah tertahan pada siang ini. Kamis (28/3) pukul 10.37 WIB, nilai tukar rupiah spot berada di Rp 14.240 per dollar Amerika Serikat (AS), melemah 0,23% ketimbang harga penutupan kemarin. 

Pelemahan rupiah berkurang dari tadi pagi yang mencapai level Rp 14.250 per dollar AS. Direktur Garuda Berjangka, Ibrahim menuturkan bahwa kisruh Brexit secara tidak langsung memberi penguatan pada indeks dollar AS.

Saat ini, Inggris tengah menjalani voting untuk kesekian kalinya demi memutuskan keluar Brexit dengan atau tanpa syarat. Sebagai hasil, Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May kembali menelan penolakan dan dikabarkan siap mundur dari jabatan PM per 12 April mendatang.

Nasib Inggris Brexit yang berada di ujung tanduk membuat investor enggan berinvestasi pada instrumen berisiko.

Bila Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa ada kesepakatan apapun, alias no deal Brexit, maka perekonomian Negeri Ratu Elizabeth terancam terkontraksi. "Mengingat Inggris merupakan negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia, maka dampaknya pun akan dirasakan negara-negara lain yang menjadi mitra dagangnya," tutur Ibrahim pada Kontan.co.id, Kamis (28/3).

Alhasil, investor gencar memburu safe haven, yang salah satunya adalah dollar AS.

Tak hanya itu, penguatan dollar AS juga didukung oleh kebijakan dovish yang dikeluarkan oleh berbagai bank sentral dunia. Tak hanya Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) saja, namun European Central Bank (ECB), Bank of Japan (BOJ), hingga Reserve Bank of New Zealand (RBNZ).

Namun begitu, AS juga tertekan mengalami pelemahan karena imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun menyentuh level terendah sejak 2017 sekaligus lebih rendah dibanding tenor pendek tiga tahun atau dikenal inversi. Sejatinya, yield obligasi bertenor panjang lebih besar dibanding bertenor pendek.

Pelemahan yield ini karena kekhawatiran kemungkinan perlambatan ekonomi AS. Jika inversi berlanjut, sejumlah pengamat ekonomi mengatakan bisa menunjukkan kemungkinan resesi dalam satu hingga dua tahun.

Di sisi lain, Indonesia dan pasar kawasan emerging market bertumpu pada kelanjutan perundingan dagang AS-China di Beijing yang dimulai Kamis (28/3).

"Jika kembali melemah, akan berada di rentang Rp 14.225 per dollar AS sampai Rp 14.270 per dollar AS," jawab Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×