Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menguat di pembukaan, nilai tukar rupiah berbalik arah. Mengutip Bloomberg, Selasa (14/1), rupiah di pasar spot ditutup melemah tipis 0,05% ke level Rp 13.680 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan ini sejalan dengan pergerakan mata uang Asia lainnya. Peso Filipina menjadi mata uang paling lemah di hadapan dolar AS setelah melemah 0,38%. Kemudian diikuti oleh baht Thailand yang turun 0,35% dan ringgit Malaysia yang terkoreksi 0,23%.
Sementara itu, yuan China berhasil menjadi kurs yang paling moncer setelah menguat 0,10%. Diikuti oleh dolar Taiwan yang naik 0,07% serta won Korea yang menguat tipis 0,01%.
Pergerakan rupiah yang cenderung sideways terjadi di tengah sentimen positif dari perang dagang antara AS dan China. "China dan AS bersiap menandatangani gencatan senjata dalam perselisihan tarif selama 18 bulan," kata Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, Selasa (14/1).
Terlebih, China telah sepakat untuk membeli produk pertanian AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar per tahun dan total US$ 200 miliar untuk barang asal Negeri Paman Sam selama dua tahun ke depan.
Untuk besok, Ibrahim memprediksi, pergerakan rupiah menanti data neraca dagang Indonesia bulan Desember 2019 yang dirilis Rabu (15/1). Hasil konsensus Bloomberg memperkirakan, ekspor masih kontraksi 1,9% secara year on year (yoy). Sehingga neraca dagang masih defisit US$ 456,5 juta.
"Jika neraca dagang masih sesuai ekspektasi, maka mata uang Garuda berbalik menguat dalam rentang Rp 13.650-Rp 13.710 per dolar AS," pungkas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News