kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.263.000   -4.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.658   20,00   0,12%
  • IDX 8.184   17,84   0,22%
  • KOMPAS100 1.144   4,60   0,40%
  • LQ45 837   0,23   0,03%
  • ISSI 284   -0,42   -0,15%
  • IDX30 441   0,53   0,12%
  • IDXHIDIV20 509   0,80   0,16%
  • IDX80 128   -0,10   -0,08%
  • IDXV30 138   -0,14   -0,10%
  • IDXQ30 140   -0,44   -0,31%

Melihat Prospek Kinerja BUMN20 Pasca Rebalancing November 2025


Kamis, 30 Oktober 2025 / 20:34 WIB
Melihat Prospek Kinerja BUMN20 Pasca Rebalancing November 2025
ILUSTRASI. Evaluasi minor untuk IDX BUMN20 berlaku untuk periode efektif jumlah saham penghitungan indeks pada 5 November 2025 hingga 3 Februari 2026.KONTAN/Cheppy A. Muchlis/22/09/2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja melakukan evaluasi untuk Indeks BUMN20.

Evaluasi minor untuk IDX BUMN20 kali ini berlaku untuk periode efektif jumlah saham penghitungan indeks pada periode 5 November 2025 hingga 3 Februari 2026.

Sejumlah emiten komoditas pelat merah tercatat mengalami kenaikan bobot pada indeks pada evaluasi kali ini. Misalnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang semula punya bobot pada indeks sebesar 9,28%, menjadi 9,31%.

Lalu, bobot PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga naik ke 3,12% dari 3,11%. Bobot PT Timah TBk (TINS) juga naik menjadi 2,22% terhadap bobot indeks.

Baca Juga: Kinerja Indeks IDX BUMN20 Kurang Optimal, Ini Penyebabnya

Selain komoditas, emiten energi juga terpantau mengalami kenaikan bobot. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) bobotnya naik ke 6,26% dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) naik 2,07%.

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan melihat, kenaikan bobot sejumlah emiten BUMN komoditas dalam evaluasi IDX BUMN20 kemungkinan besar dipengaruhi oleh peningkatan free float serta kinerja saham-saham komoditas yang relatif lebih unggul dibanding BUMN di sektor lain.

“Faktor seperti kenaikan harga logam dasar, terutama emas, serta prospek energi hijau juga turut mendorong investor meningkatkan eksposur ke saham-saham BUMN berbasis komoditas,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (30/10).

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan, kenaikan bobot emiten komoditas di IDX BUMN20 terutama dipicu kenaikan harga saham sektor logam dan energi selama periode evaluasi Agustus–Oktober 2025, yang membuat kapitalisasi pasar mereka meningkat.

Harga emas dan timah sempat menyentuh level tinggi akibat pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan gangguan pasokan global, sehingga mendorong ANTM dan TINS.

“Kinerja PGAS dan PGEO juga terdorong karena permintaan gas industri stabil dan pendapatan panas bumi bersifat berulang,” ungkapnya kepada Kontan, Kamis (30/10).

Menurut Liza, emiten komoditas berperan besar di periode penilaian evaluasi indeks BUMN20 kali ini.

Misalnya, emas sempat mencetak rekor lebih dari US$ 4.200 per ons troi sebelum terkoreksi tipis, karena ada sentimen safe haven dan ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed. Hal itu menopang sentimen harga logam mulia, termasuk kinerja ANTM.

“Timah menguat ke atas US$ 37.500 per ton yang dipicu gangguan pasokan global dan penertiban tambang ilegal di Indonesia pun jadi sentimen positif untuk TINS,” katanya.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham IDX BUMN20 yang Kinerja Kalah dari IHSG

Kinerja PGAS diuntungkan volume kontrak dan penjualan, serta kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang disesuaikan yang berdampak campuran ke margin hilir. Sementara, PGEO ditopang pendapatan berulang PPA dan realisasi proyek.

Menurut Liza, harga batubara yang melemah menjadi penyeimbang negatif untuk PTBA. Namun, produksi dan efisiensi perusahaan relatif solid, sehingga bobot bisa tetap terdorong jika harga saham outperform relatif ke konstituen lain.

“Sentimen positif lain untuk PTBA dari katalis Danantara yang berinvestasi pada proses gasifikasi,” ungkapnya.

Secara keseluruhan, prospek indeks hingga akhir 2025 netral-positif yang disokong komoditas logam dan utilitas energi. Di tahun 2026 nanti, kinerja emiten BUMN20 ini akan bergantung pada lintasan suku bunga global, nilai tukar dolar AS, serta kebijakan energi domestik.

Prospek dan Rekomendasi

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Fath Aliansyah Budiman bilang, beberapa saham komoditas, seperti TINS dan PGEO, punya potensi kontribusi lebih positif di akhir tahun 2025 dan 2026.

Prospek pertumbuhan untuk TINS terlihat dari adanya pembenahan di penambangan ilegal dan harga yang lebih stabil untuk komoditas timah.

Untuk PGEO, prospek pertumbuhan tergolong menarik dengan adanya rencana ekspansi dalam beberapa tahun mendatang yang bisa menaikkan kapasitasnya.

“Kedua saham ini punya potensi menarik dan bisa memberikan kontribusi yang lebih positif untuk indeks BUMN20,” ujarnnya kepada Kontan, Kamis.

Liza melihat, prospek IDX BUMN20 hingga akhir 2025 masih positif-moderat, disokong momentum komoditas dan proyek energi terbarukan BUMN. Namun, pada 2026 arah indeks akan bergantung pada tren harga global, kebijakan energi domestik khususnya HGBT dan DMO, serta keputusan suku bunga Fed.

Emiten yang berpotensi menjadi penopang utama indeks ini adalah ANTM, TINS, dan PGEO. “Sementara, kinerja PGAS dan PTBA relatif netral, karena sensitivitas terhadap margin gas dan harga batubara,” paparnya.

Menjelang akhir tahun, kata Ekky, saham-saham perbankan mulai menunjukkan tanda pembalikan yang solid. Selain itu, saham-saham batubara yang sebelumnya bergerak lambat kini mulai memperlihatkan sinyal penguatan.

“Kedua sektor tersebut memiliki valuasi yang sudah cukup murah, sehingga jika tren pembalikan berlanjut, keduanya berpotensi menjadi pendorong utama penguatan indeks hingga akhir tahun,” katanya.

Ekky pun merekomendasikan beli untuk PTBA dengan target harga jangka panjang di kisaran Rp 2.900 – Rp 3.000 per saham.

Sektor perbankan juga dia lihat sebagai sektor unggulan hingga tahun depan. Emiten Danantara dari sektor perbankan yang bisa diperhatikan ada BBRI dan BBTN dengan target harga masing-masing Rp 4.400 – Rp 4.500 per saham dan Rp1.500 – Rp 1.600 per saham.

Selanjutnya: 6 Mitos Tentang Diabetes yang Paling Umum, Jangan Percaya!

Menarik Dibaca: 6 Mitos Tentang Diabetes yang Paling Umum, Jangan Percaya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×