kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah diserang sentimen negatif dari sisi internal dan eksternal


Kamis, 28 Februari 2019 / 11:01 WIB
Rupiah diserang sentimen negatif dari sisi internal dan eksternal


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali melemah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (28/2). Diserang sentimen negatif dari sisi internal dan eksternal.

Mengutip Bloomberg, rupiah pasar spot ke Rp 14.066 per dollar AS atau 0,26% dari posisi kemarin Rp 14.030 per dollar AS pada pukul 10.33 WIB

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, beberapa faktor pelemahan rupiah. Di antaranya adalah, ancaman gagal bayar utang AS yang sudah mencapai US$ 22 triliun.

Mengutip Reuters, saat ini pemerintah AS berusaha meyakinkan Kongres untuk menambah utangnya seiring dengan masa jatuh tempo yang terus mendekat.

"Informasi gagal bayar utang AS ini, menguatkan dollar AS," papar Ibrahim pada Kontan.co.id, Kamis (28/2).

Selanjutnya adalah penyelidikan anti-dumping baja yang dilakukan AS kepada Kanada, Meksiko, dan China.

Dikutip dari Reuters, Departemen Perdagangan AS mengatakan penyelidikan baru anti-dumping didasarkan pada petisi yang diajukan oleh kelompok perdagangan baja AS awal bulan ini.

Departemen sedang menyelidiki apakah akan meminta bea sekitar 30% untuk Kanada dan Meksiko dan 222 persen untuk China sebagai tanggapan terhadap impor harga di bawah harga pasar.

Yang ketiga adalah, semakin alotnya perundingan dagang antara AS dan China. Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang pasti yang dihasilkan oleh kedua belah pihak, sehingga ancaman penghentian perang dagang bisa saja gagal.

Ditambah lagi adalah keadaan geopolitik India dan Pakistan di tingkat regional seputar kondisi politik di negaranya.

Sekadar informasi, Pakistan merupakan salah satu negara ekonomi terbesar di kawasan Benua Kuning. Konflik dengan India, sebagai negara pemilik nuklir, membuat mata uang utama Asia berjatuhan di hadapan dollar AS.

Sementara dari sisi internal, Ibrahim berpendapat kondisi politik memasuki Pemilihan Presiden makin memanas. Walau Presiden RI pernah menyatakan Pilpres akan berlangsung damai, beberapa kejadian di daerah yang diakibatkan oleh segregasi pilihan politik mulai bermunculan.

"Salah satunya di Madura dan Yogyakarta. Gesekannya sudah terasa dan ini yang membuat pelaku pasar takut sehingga lebih memilih menaruh uang di dollar AS," jelas Ibrahim.

Yang terkahir adalah merangkaknya harga minyak dunia. Mengutip data Bloomberg pada pukul 10:00 WIB, harga minyak dunia jenis WTI berada di level US$ 56,92 per barel, melemah tipis 0,04% dari posisi US$ 56,94.

Sebelumnya harga minyak naik sebesar 0,70% dari posisi US$ 55,50 per barel ke posisi US$ 56,94 per barel.

"Kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia, serta menaikan kembali bea impor bahan bakar. Ini tentu mengganggu rupiah," tuturnya.

Ibrahim menilai pelemahan akan berlanjut di level Rp 14.020 per dollar AS - Rp 14.090 per dollar AS pada perdagangan hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×