kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah bisa balik ke bawah Rp 14.000? Ini kata ekonom BCA


Kamis, 01 Agustus 2019 / 22:42 WIB
Rupiah bisa balik ke bawah Rp 14.000? Ini kata ekonom BCA


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang kurs rupiah untuk berada di bawah level Rp 14.000 per dolar AS di sisa 2019, dinilai cukup sulit. Kalaupun kejadian, Ekonom menilai kondisi tersebut hanya bersifat temporer saja. 

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan kurs rupiah Kamis (1/8) terpaksa ditutup melemah di level Rp 14.116 per dolar AS atau koreksi 0,67%. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau yang dikenal dengan JISDOR ikut terdepresiasi sebanyak 72 poin dan membawa rupiah ke level Rp 14.098 per dolar AS.

Baca Juga: Momentum The Fed masih akan menekan rupiah esok

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, peluang rupiah untuk bergerak di bawah Rp 14.000 per dolar AS hanya temporer. Mengingat, berbagai sentimen yang bakal terjadi di sisa 2019 diprediksi masih akan menekan kurs rupiah.

Hingga akhir tahun, David memperkirakan rupiah bakal bergerak di rentang Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.500 per dolar AS. Dengan perkiraan, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan Bank Indonesia bakal memangkas suku bunga acuannya sebanyak dua kali di Oktober dan Desember 2019. 

Baca Juga: Meski masih minus, kinerja rata-rata reksadana saham mulai membaik

Sebagaimana diketahui, The Fed memangkas suku bunga acuannya (FFR) sebanyak 25 basis poin (bps) ke level 2% hingga 2,25%. Namun, pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang mengindikasikan sinyal pemangkasan FFR secara terbatas atau tidak seagresif sebelumnya, justru berhasil membuat dolar AS menguat signifikan. Akibatnya rupiah justru tertekan pada perdagangan Kamis (1/8).

"Tadi malam diputuskan ada mini easing cycle oleh The Fed, mirip yang terjadi di 1990an, di mana ada pelonggaran moneter temporer. Tapi kali ini berbeda dari ekspektasi pasar," jelas David kepada Kontan, Kamis (1/8)

Sebelumnya pasar memperkirakan pelonggaran moneter yang akan dilakukan The Fed bersifat jangka panjang, namun faktanya Powell menunjukkan sinyal bahwa pelonggaran bersifat jangka pendek. Apalagi, pemangkasan FFR hanya 25bps dari perkiraan sebelumnya yakni 50bps.

Baca Juga: Rupiah dalam tren depresiasi terukur hingga akhir 2019

Untuk itu, David menilai penguatan dolar AS yang terjadi sebatas masalah ekspektasi pasar. Sehingga, pelemahan rupiah masih akan mengikuti perkembangan global dan secara tren masih memungkinkan untuk menguat terbatas, lewat dukungan arus inflow di pasar obligasi Tanah Air. 

Adapun sentimen lain yang perlu diwaspadai bagi pergerakan rupiah ke depan, yakni perkembangan negosiasi perang dagang antara AS dengan China. Apabila ketegangan negosiasi perang dagang AS dan China meningkat, dan The Fed tidak lagi memangkas FFR, maka rupiah berpotensi menuju Rp 14.500 per dolar AS di akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×