Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen kosmetik dan produk perawatan tubuh PT Victoria Care Indonesia Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Kamis (17/12). Pada perdagangan perdananya, saham berkode VICI ini melesat 35% ke level Rp 135 dari harga penawaran Rp 100 per saham.
Direktur Utama sekaligus pendiri Victoria Care Billy Hartono Salim mengatakan, initial public offering (IPO) VICI mendapat respons positif dari kalangan investor. Buktinya, VICI mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 67 kali dari pooling dengan dukungan sekitar 3.000 investor retail.
“Menurut laporan dari lead underwriter kami, minat investor retail ini luar biasa. Kami telah mencapai oversubscribed sekitar 67 kali dari pooling. Itu cukup banyak di dalam kondisi yang seperti ini,” kata Billy, Kamis (17/12).
Secara keseluruhan, Victoria Care menawarkan 1,01 miliar saham atau setara 15,03% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Billy menambahkan, tingginya minat investor tersebut juga tidak lepas dari fundamental dan portofolio bisnis yang dihasilkan oleh VICI.
Baca Juga: Minat Investor dalam IPO Victoria Care Indonesia Melebihi Ekspektasi,
“Ini kembali pada fundamental. Kami sudah buktikan selama empat tahun terakhir ini fundamental dan kinerja kami sangat bagus sekali, baik pertumbuhan di pendapatannya maupun laba bersihnya,” ujar Billy.
Selama tujuh bulan pertama 2020, Victoria Care membukukan penjualan sebesar Rp 617,97 miliar. Jumlah tersebut hampir menyamai perolehan penjualan sepanjang tahun penuh 2019 yang mencapai Rp 797,79 miliar.
Pertumbuhan penjualan pada 2019 sebesar 34,1% jika dibandingkan dengan penjualan tahun 2018. Hingga akhir tahun 2020, Victoria Care menargetkan pertumbuhan penjualan 30% dibanding 2019.
Sementara itu, laba bersih selama tujuh bulan pertama tahun 2020 sudah mencapai Rp 97,08 miliar. Jumlah ini mendekati laba bersih tahun 2019 penuh yang sebesar Rp 111,76 miliar.
Hingga akhir tahun 2020, pertumbuhan laba bersih Victoria Care tumbuh 25% dibanding tahun lalu. Menurut Billy, dalam empat tahun berturut-turut, Victoria Care berhasil membukukan margin laba kotor rata-rata di atas 50%.
Billy menuturkan, tingginya minat investor juga didorong oleh hasil dana IPO yang akan dipakai untuk menunjang pertumbuhan bisnis. Dari Rp 100,8 miliar, sebesar 26% dana IPO digunakan untuk membeli aset tetap berupa tanah dan bangunan demi menunjang fasilitas pergudangan Victoria Care, serta 74% untuk modal kerja dalam rangka mendukung kegiatan operasional Victoria Care.
Pasalnya, dalam situasi seperti ini, Victoria Care memerlukan fasilitas pergudangan untuk menyimpan produk-produknya. "Kemudian dengan sales yang tinggi, piutang yang semakin tinggi, keep stock inventory juga tinggi, maka kami mengantisipasi berbagai hal tersebut dengan menambah modal kerja,” jelas Billy.
Perusahaan yang berdiri pada 2007 ini menawarkan rangkaian produk, seperti lulur, body butter, minyak zaitun, lotion, sabun, masker wajah, vitamin rambut, pewarna rambut, sampo, dan lain-lain.
Victoria Care memiliki tujuh merek, yaitu Herborist (produk perawatan tubuh dengan konsep natural), Miranda (produk pewarna dan juga perawatan rambut), Victoria (produk perawatan tubuh dan wewangian tubuh berkonsep praktis dan modern), Sixsence (produk pewangi tubuh untuk remaja), Iria (produk perlengkapan mandi dari bahan susu kambing), Nuface (produk masker perawatan wajah dan kapas kecantikan), dan CBD (produk perawatan dan pewarna rambut yang digunakan para hairdresser profesional).
Belum lama ini, Victoria Care juga memproduksi hand sanitizer dengan merek Herborist dan disinfektan Secret Clean.
Baca Juga: Gelar IPO, Victoria Care Mengincar Kenaikan Pendapatan 30%
Saat ini, Victoria Care memiliki jaringan distribusi produk dari Aceh hingga Papua dan jaringan global ke beberapa negara di Asia dan Timur Tengah. Negara tujuan ekspor utama di Asia adalah Jepang, China, Korea, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Hong Kong.
Victoria Care memiliki lima kantor cabang, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar, serta 30 distributor. Produk Victoria Care dijual melalui lebih dari 60.000 pengecer tradisional, lebih dari 9.000 pengecer modern, dan lebih dari 3.000 pedagang grosir tradisional, dan lain-lain.
Menurut Billy, kedekatan dengan pedagang lokal menjadi keunggulan distribusi dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya terutama produk-produk dari luar negeri.
Selanjutnya: Victoria Care Indonesia optimistis penjualan tahun 2020 tumbuh 30%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News