Reporter: Kenia Intan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dia menambahkan, untuk saham-saham properti seperti RIMO dan MYRX yang biasanya memiliki aset atau ekuitas dalam bentuk properti, asetnya memungkinkan naik tiap tahun.
Diharapkan, akan ada momentum yang memungkinkan saham-saham ini bisa rebound, misalnya dari operasional di kuartal I 2020 yang baik. Dengan demikian, investor akan memiliki kesempatan menjual di harga yang lebih baik.
Baca Juga: Kejagung Tetapkan Lima Orang Sebagai Tersangka dalam Kasus Jiwasraya
Sebab, untuk cut loss saham-saham saat ini pun akan berat karena di pasar negosiasi harganya bisa turun hingga 50% menjadi Rp 20 hingga Rp 25 per saham.
Asal tahu saja, kepemilikan publik terhadap ketiga saham di atas terhitung cukup besar. Publik memegang 90,34% atau 78,33 miliar saham MYRX. Sementara di NUSA, publik memegang 83,73% atau setara 6,44 miliar saham. Publik juga memiliki 37,75 miliar saham RIMO atau setara 83,74%.
Baca Juga: Benny Tjokro ditahan Kejaksaan Agung, Erick Thohir angkat bicara
Sekadar informasi, penahanan Benny Tjokro bersamaan dengan penahanan Presiden Komisaris PT Trada Alam Mineral Tbk (TRAM) Heru Hidayat. Selain itu ditahan pula Mantan Direktur Keuangan Jiwasraya Hery Prasetyo, Mantan Dirketur Utama PT Asuransi Jiwasraya Hendrisman Rahim, serta mantan Kepala Divisi Investasi dan Keuangan Syahmirwan turut menjadi pihak yang ditahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News