Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana syariah offshore masih dapat menjadi pilihan menarik bagi para investor di tengah masih adanya risiko volatilitas rupiah dan penurunan nilai dana kelolaan instrumen tersebut.
Sekadar informasi, walau dalam beberapa waktu terakhir kerap bergerak naik-turun, kurs rupiah di pasar spot sejatinya masih sanggup menguat 2,47% (ytd) terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga Senin (9/9).
Chief of Product Development & Head of Sharia Unit PT Eastspring Investment Indonesia Rian Wisnu Murti mengatakan, mata uang rupiah masih bergerak dalam rentang yang terkendali berkat dukungan cadangan devisa Indonesia yang tergolong sehat. Dengan begitu, pergerakan rupiah tidak terlalu mempengaruhi investasi di reksadana syariah offshore.
Baca Juga: Reksadana Eastspring Syariah Equity Islamic Asia Pacific sukses meraih return 7,69%
Alhasil, keputusan untuk melakukan investasi di reksadana tersebut lebih ditentukan oleh profil risiko serta tujuan investasi dari investor yang bersangkutan.
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa menuturkan, investor sebenarnya tidak perlu merisaukan pergerakan rupiah ketika berinvestasi reksadana syariah offshore. “Instrumen ini memang bukan didesain untuk mengambil keuntungan dari kurs, melainkan sarana diversifikasi bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham di luar negeri,” ungkapnya, akhir pekan lalu.
Dengan begitu, investor dapat membeli reksadana ini baik di saat rupiah dalam tren menguat ataupun sebaliknya.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, risiko volatilitas kurs rupiah akan lebih terasa dampaknya bagi reksadana berbasis dolar AS yang berinvestasi di pasar saham Indonesia.
Lebih lanjut, dana kelolaan reksadana syariah offshore sebenarnya mengalami penurunan dari kisaran US$ 754 juta di akhir tahun lalu menjadi US$ 663 juta di bulan lalu.
Menurut Wawan, penurunan dana kelolaan tersebut lebih disebabkan adanya aksi ambil untung oleh sebagian investor. Ini mengingat reksadana syariah offshore masih bisa mencetak pertumbuhan return yang cukup signifikan.
Baca Juga: Reksadana syariah offshore milik Schroders catat kinerja positif, begini strateginya
“Kemungkinan ada investor yang kurang nyaman dengan risiko perang dagang sehingga mereka melakukan redemption,” tutur dia, hari ini.
Walau demikian, reksadana syariah offshore masih akan diminati oleh banyak investor, terutama yang memiliki kebutuhan dana dalam mata uang dolar AS.
Ditambah lagi, indeks Dow Jones sepanjang tahun ini sudah tumbuh sekitar 15% (ytd) sepanjang tahun ini. Angka tersebut jauh di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh di bawah 2%.
Baca Juga: Inilah buku bisnis terbaik versi Warren Buffett dan Bill Gates
Kondisi ini dapat berdampak positif bagi industri reksadana syariah offshore. Apalagi, banyak produk reksadana tersebut yang menempatkan aset dasarnya di pasar saham AS.
“Bukan tidak mungkin return reksadana syariah offshore akan lebih tinggi dari reksadana saham yang ada di pasar saham Indonesia,” tandas Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News