Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, risiko volatilitas kurs rupiah akan lebih terasa dampaknya bagi reksadana berbasis dolar AS yang berinvestasi di pasar saham Indonesia.
Lebih lanjut, dana kelolaan reksadana syariah offshore sebenarnya mengalami penurunan dari kisaran US$ 754 juta di akhir tahun lalu menjadi US$ 663 juta di bulan lalu.
Menurut Wawan, penurunan dana kelolaan tersebut lebih disebabkan adanya aksi ambil untung oleh sebagian investor. Ini mengingat reksadana syariah offshore masih bisa mencetak pertumbuhan return yang cukup signifikan.
Baca Juga: Reksadana syariah offshore milik Schroders catat kinerja positif, begini strateginya
“Kemungkinan ada investor yang kurang nyaman dengan risiko perang dagang sehingga mereka melakukan redemption,” tutur dia, hari ini.
Walau demikian, reksadana syariah offshore masih akan diminati oleh banyak investor, terutama yang memiliki kebutuhan dana dalam mata uang dolar AS.
Ditambah lagi, indeks Dow Jones sepanjang tahun ini sudah tumbuh sekitar 15% (ytd) sepanjang tahun ini. Angka tersebut jauh di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh di bawah 2%.
Baca Juga: Inilah buku bisnis terbaik versi Warren Buffett dan Bill Gates
Kondisi ini dapat berdampak positif bagi industri reksadana syariah offshore. Apalagi, banyak produk reksadana tersebut yang menempatkan aset dasarnya di pasar saham AS.
“Bukan tidak mungkin return reksadana syariah offshore akan lebih tinggi dari reksadana saham yang ada di pasar saham Indonesia,” tandas Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News