Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pelat merah PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON, anggota indeks Kompas100) terus berupaya menambah nilai kontrak baru. Masih gencarnya pemerintah dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur dapat menjadi katalis positif bagi prospek bisnis WTON.
Sebagai catatan, WTON telah mengantongi kontrak baru sebesar Rp 2,72 triliun di semester pertama 2019 lalu. Jumlah ini masih di bawah kontrak baru di periode sama di tahun lalu yang sebesar Rp 3,13 triliun.
Menurut Analis Samuel Sekuritas Indonesia Selvi Ocktaviani, perlambatan nilai kontrak baru WTON lebih disebabkan efek kelangsungan pemilu lalu yang membuat beberapa tender proyek infrastruktur mundur dari jadwal semula.
Baca Juga: Ibu kota negara pindah ke Kalimantan Timur, emiten ini dapat untung
Ia mencatat, perolehan kontak baru WTON kembali tumbuh menjadi Rp 4,3 triliun per Agustus 2019. Namun, angka ini baru memenuhi 47% dari target yang dicanangkan perusahaan sebesar Rp 9,1 triliun hingga akhir tahun nanti.
Potensi WTON untuk sekadar memenuhi target kontrak baru terbilang sulit mengingat tahun 2019 tinggal menyisakan beberapa bulan saja. “Kami proyeksikan pencapaian kontrak baru WTON di tahun 2019 sekitar 90% dari target awal perusahaan,” terang dia, Selasa (24/9).
Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael menilai prospek bisnis WTON bakal cerah karena permintaan beton pracetak masih akan tinggi di tahun-tahun mendatang.
Dalam risetnya per 16 September, Joshua menyebut, Kementerian PUPR masih memiliki 15 proyek jalan tol yang akan ditargetkan selesai di periode tahun 2020—2024. Kementerian Perhubungan juga memiliki banyak pipeline proyek di periode yang sama. Mulai dari pembangunan jalur kereta api di Kalimantan Timur, MRT Jakarta Fase II, LRT Jakarta Fase II, LRT Jabodebek Fase II, dan Jakarta Elevated Loop Line.
Baca Juga: Wijaya Karya Tbk (WIKA) berencana melepas 6 juta saham treasuri tahun ini
Banyaknya proyek infrastruktur tersebut sejalan dengan meningkatnya anggaran bagi kedua kementerian tersebut di tahun depan. “Proyek infrastruktur secara historis berkontribusi 65%--70% dari total pendapatan WTON,” tulis Joshua.
Selanjutnya, rekomendasi saham WTON
Sepakat, Selvi memandang proyek-proyek tersebut akan menopang kinerja WTON di waktu mendatang. Lebih khusus untuk proyek MRT, WTON telah berpengalaman memasok beton untuk proyek ini di fase I. Alhasil, WTON dipastikan memiliki kemampuan untuk memenuhi beton sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.
WTON tak hanya bergantung pada proyek infrastruktur yang berhubungan dengan transportasi. Emiten ini juga terlibat dalam proyek-proyek energi, termasuk pengembangan pembangkit listrik bertenaga 35.000 MW oleh PLN.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) garap tiga proyek di Afrika senilai US$ 356 juta
Selvi berpendapat, WTON sangat ideal untuk proyek pembangkit listrik PLN. Apalagi, sektor energi mampu menyumbang 18,85% dari total kontrak baru yang dibukukan WTON sampai Juli lalu sehingga perusahaan punya keunggulan dari segi pengalaman.
“Berdasarkan profil pelanggan, PLN masuk 10 besar pelanggan utama WTON dengan kontribusi pendapatan sebesar 13,9% di kuartal II-2019,” ungkap Selvi.
Nantinya, emiten ini dapat mensuplai kebutuhan beton dan tiang pancang listrik untuk proyek pembangkit listrik PLN.
Baca Juga: Tiga Emiten Ini Berencana Menjual Saham Simpanan
Lantas, Selvi merekomendasikan beli saham WTON dengan target harga Rp 680 per saham. Setali tiga uang, Joshua juga merekomendasikan beli saham WTON dengan target harga Rp 1.000 per saham.
Selasa (24/9), harga saham WTON melemah 1,27% ke level Rp 468 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News