kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.970.000   24.000   1,23%
  • USD/IDR 16.319   -22,00   -0,13%
  • IDX 7.469   124,49   1,70%
  • KOMPAS100 1.044   14,12   1,37%
  • LQ45 790   8,31   1,06%
  • ISSI 251   6,62   2,71%
  • IDX30 409   4,38   1,08%
  • IDXHIDIV20 473   6,01   1,29%
  • IDX80 118   1,61   1,38%
  • IDXV30 122   3,33   2,82%
  • IDXQ30 131   1,50   1,16%

Proyek Hilirisasi Dinilai Dapat Menguntungkan Bagi Emiten Energi dan Tambang


Rabu, 23 Juli 2025 / 19:41 WIB
Proyek Hilirisasi Dinilai Dapat Menguntungkan Bagi Emiten Energi dan Tambang
ILUSTRASI. Suasana di pasar modal Indonesia, gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Langkah pemerintah yang terus mempercepat realisasi proyek hilirisasi berpotensi membawa berkah bagi beberapa emiten energi dan pertambangan, baik yang berstatus BUMN maupun korporasi swasta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/07/05/2025


Reporter: Dimas Andi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah pemerintah yang terus mempercepat realisasi proyek hilirisasi berpotensi membawa berkah bagi beberapa emiten energi dan pertambangan, baik yang berstatus BUMN maupun korporasi swasta.

Dalam berita sebelumnya, pemerintah melalui Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional resmi menyerahkan pra-studi kelayakan untuk 18 proyek hilirisasi prioritas senilai Rp 618,13 triliun kepada Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara pada Selasa (22/7).

Dari total proyek tersebut, sebanyak 12 di antaranya berkaitan langsung dengan sektor energi dan pertambangan seperti proyek pengembangan smelter nikel dan bauksit, proyek Dimethyl Ether (DME), kilang batubara (coal refinery), modul surya terintegrasi, hingga fasilitas pengolahan katoda tembaga. Seluruh proyek ini ditujukan untuk memperkuat rantai pasok industri hilir dan mendorong transformasi energi nasional.

Baca Juga: Kiwoom Sekuritas Beberkan Dampak Proyek Hilirisasi Bagi Emiten Tambang

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, keberadaan proyek hilirisasi akan menjadi katalis positif yang bersifat jangka panjang bagi emiten sektor energi dan tambang, terutama emiten BUMN yang tentu punya peluang lebih besar untuk terlibat langsung dalam proyek tersebut. Apalagi, sekarang sudah ada Danantara sebagai penyedia likuiditas bagi pembiayaan proyek pemerintah.

Emiten pelat merah seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) berpeluang mendapat kontrak proyek hilirisasi secara langsung atau kemitraan pemerintah.

“Namun, tidak menutup kemungkinan emiten swasta juga kecipratan manfaat, terutama emiten yang sudah memiliki kapasitas produksi, sumber daya, atau kemitraan strategis di bidang energi terbarukan, nikel, tembaga, maupun bauksit,” ungkap Ekky, Rabu (23/7).

Menurutnya, emiten swasta seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) juga dapat menjadi bagian dari rantai pasok atau integrasi hilir.

Tentu ada risiko yang mesti dihadapi oleh emiten dari keikutsertaan proyek hilirisasi. Hal yang utama adalah kebutuhan investasi yang besar sementara waktu balik modalnya cukup panjang. Jika tidak dikelola dengan baik, maka leverage dan arus kas emiten bisa terganggu.

Di samping itu, proyek hilirisasi juga menuntut kebutuhan teknologi canggih namun relatif baru di Indonesia. Sumber daya manusia dengan kompetensi tinggi juga dibutuhkan untuk keberhasilan proyek tersebut. Alhasil, emiten yang terlibat dalam proyek hilirisasi memerlukan mitra strategis yang berpengalaman di bidang tersebut.

“Regulasi dan kelayakan pasar juga harus diperhitungkan, karena hilirisasi hanya berdampak positif jika memang ada kepastian permintaan terhadap produk hasil hilirisasi tersebut,” jelas Ekky.

Baca Juga: 18 Proyek Hilirisasi Diserahkan kepada Danantara, Mayoritas Sektor Energi

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan, volatilitas harga komoditas di pasar global juga dapat memengaruhi perkembangan proyek hilirisasi sektor energi dan pertambangan. Sebab, ketika harga komoditas mengalami tren penurunan, hal ini bisa berdampak pada kelayakan proyek hilirisasi yang bersangkutan.

Walau begitu, ia menyatakan, emiten yang nantinya terlibat dalam proyek hilirisasi harus benar-benar serius menuntaskan proyek tersebut.

“Kalau tertunda, ini akan meningkatkan beban operasional mereka,” imbuhnya, Rabu (23/7).

Tak hanya itu, proyek-proyek hilirisasi yang diusung pemerintah diyakini akan mendapat dukungan dari lembaga keuangan atau perbankan, sehingga ini dapat memudahkan emiten dalam merealisasikan program tersebut.

Nafan menyebut beberapa emiten seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Rahaja Energi Cepu Tbk (RATU) dapat dipertimbangkan oleh investor karena berpotensi diuntungkan oleh program hilirisasi pemerintah.

Di lain pihak, Ekky menyebut saham ANTM cukup menarik bagi investor lantaran berfokus pada hilirisasi nikel dan terlibat dalam ekosistem baterai kendaraan listrik. Hal ini membuat ANTM menjadi salah satu saham BUMN paling prospektif. Dia menargetkan harga saham ANTM dapat mencapai Rp 3.600 per saham dalam jangka menengah dan Rp 4.200 per saham dalam jangka panjang.

Selain ANTM, saham PGAS juga menarik karena emiten ini terlibat dalam proyek pengembangan gas bumi sebagai transisi energi. Saham PGAS layak untuk diakumulasi dengan target harga jangka menengah di kisaran Rp 1.900—2.000 per saham dan Rp 2.400—2.500 per saham untuk jangka panjang.

Selanjutnya: Tambang Ilegal di Kawasan IKN Dinilai Rugikan Negara Rp 5,7 Triliun

Menarik Dibaca: Fitur Lifestyle Hadir di PLN Mobile, Perluas Layanan ke Ranah Hiburan dan Gaya Hidup

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×