Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar (DXY) tertekan selama sebulan terakhir yang mendorong naik pergerakan mata uang utama. Meski begitu, penurunan ini dipandang bersifat korektif sehingga prospek mata uang dunia akan kembali melemah.
Berdasarkan Trading Economics, DXY berada di level 106,91 pada Selasa (18/2) pukul 17.21 WIB atau turun 2,20% dalam sebulan terakhir.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan bahwa tekanan yang terjadi pada DXY akibat sebagian pedagang melikuidasi posisi beli terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dus, ia masih menilai DXY akan kembali meningkat.
Baca Juga: Dolar AS Sulit Ditaklukkan Mata Uang Utama Saat Kepemimpinan Trump
"Mendapat manfaat dari isu tarif dan sikap hawkish The Fed, dan dolar AS diperkirakan akan menguat dalam jangka panjang, karena inflasi yang mendasarinya mulai memanas kembali," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (18/2).
Sutopo berpandangan bahwa tren mata uang utama di 2025 akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk pergeseran ekonomi, ketegangan perdagangan, dan perubahan kebijakan.
EUR misalnya, yang diperkirakan akan melemah karena European Central Bank (ECB) terus memangkas suku bunga dan pembatasan perdagangan mulai berlaku. "EUR/USD dapat turun di bawah paritas," sebutnya.
Lalu, GBP kemungkinan juga menghadapi tekanan ke bawah karena ekonomi Inggris yang lesu dan penguatan dolar AS yang berkelanjutan. Selanjutnya CNY juga diperkirakan akan menghadapi tekanan depresiasi, dengan pairing USDCNY kemungkinan akan menembus di atas 7,3743.
Baca Juga: Dipicu Kebijakan Donald Trump, Dolar AS Taklukkan Sejumlah Mata Uang Utama
Di sisi lain, JPY memperoleh dukungan dari suku bunga Bank of Japan (BoJ) yang lebih tinggi. "Namun tetap menjadi mata uang yang tidak pasti karena potensi kenaikan imbal hasil Treasury AS," paparnya.
Mengingat kekuatan dan stabilitasnya yang diharapkan, Sutopo berpendapat dolar AS merupakan pilihan yang populer bagi para kolektor dan investor. Walau begitu, JPY juga tetap bisa diperhatikan karena sering dikoleksi lantaran signifikansi historisnya dan potensi apresiasi jika suku bunga BoJ naik.
Lalu, GBP juga dinilai bisa dilirik karena nilai historisnya dan potensi pemulihan jika ekonomi Inggris membaik. "Kemudian EUR, meskipun saat ini sedang melemah tetapi tetap menjadi mata uang yang berharga karena kekuatan ekonomi zona Euro," tegasnya.
Baca Juga: Dolar AS Menguat Terhadap Mata Uang Utama Jelang Pelantikan Trump
Sutopo memperkirakan di kuartal I ini, DXY akan diperdagangkan pada angka 109,16 dan 111,17 dalam waktu yang lebih panjang. Kemudian EURUSD diperkirakan akan diperdagangkan pada angka 1,03 pada akhir kuartal ini dan 1,01 dalam waktu yang lebih panjang.
Adapun GPBUSD diproyeksikan di level 1,23 pada akhir kuartal ini dan 1,21 dalam waktu yang lebih panjang. Sementara JPY pada level 156,83 pada akhir kuartal ini dan 162,01 dalam waktu yang lebih panjang.
Selanjutnya: UU Minerba: Negara bisa Ambil Alih Lahan Tambang yang Terlibat Sengketa
Menarik Dibaca: Makanan agar Kulit Glowing dan Awet Muda? Berikut 5 Rekomendasinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News