Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sajian data ekonomi yang buruk gagal mengangkat poundsterling di hadapan the greenback yang masih perkasa berkat suntikan tenaga dari pidato Gubernur The Fed, Janet Yellen.
Mengutip Bloomberg, Rabu (15/2) pukul 18.40 WIB pairing GBP/USD merosot 0,37% di level 1,2422 dibanding hari sebelumnya.
Nanang Wahyudin, Research and Analyst PT Finex Berjangka menambahkan beban poundsterling bertambah setelah laporan inflasi Inggris Januari 2017 yang dirilis kemarin masih di bawah harapan pasar sebesar 1,9% yakni hanya 1,8%. Ditambah lagi dengan pendapatan upah tenaga kerja Inggris yang turun dari 2,8% menjadi 2,6%.
“Hanya saja pelemahannya terbatas mengingat angka pengangguran di Inggris yang turun cukup signifikan dan berhasil bertahannya angka pengangguran di Britania Raya,” ujar Nanang.
Memang tingkat pengangguran bertahan di level 4,8% dan klaim pengangguran yang berkurang 42.400 orang dari bulan sebelumnya yang turun 20.500 orang.
Meski demikian dominasi katalis yang datang dari AS masih menentukan pergerakan poundsterling. Pasalnya dalam pidato terbaru Yellen menyampaikan pandangannya akan peluang kenaikan suku bunga The Fed yang bisa dilakukan dalam waktu dekat.
“Selain itu meski dalam pertemuan Uni Eropa nantinya Britania Raya diprediksi tidak akan membahas soal Brexit namun bayang Brexit tetap menekan GBP,” jelas Nanang.
Karena faktor itu lah terjadi perbedaan fundamental yang mendasar antara perkembangan ekonomi di AS dan Inggris. Walau, Nanang memperkirakan kans GBP/USD membalikkan arah terbuka.
“Jika data ekonomi AS seperti klaim pengangguran dan indeks manufaktur Philly benar negatif maka pelaku pasar melihat celah terjadinya bargain hunting yang akan mengangkat GBP,” papar Nanang.
Di sisi lain, kans terjadinya pelemahan pun tetap terbuka mengingat minimnya dukungan data ekonomi terbaru dari Inggris, pidato Yellen dan sajian data inflasi AS Januari 2017 berpeluang kembali mendongkrak performa USD.
Diduga data inflasi AS Januari 2016 stabil di level pertumbuhan 0,3%. “Jika dirilis sesuai dugaan dan Yellen tetap membuka peluang kenaikan suku bunga dalam waktu dekat maka USD belum akan menghentikan penguatannya,” tebak Nanang.
Sebab seperti yang diketahui, inflasi menjadi salah satu katalis utama yang dipertimbangkan The Fed sebelum menaikkan suku bunganya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News