Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
3. Dana Ekuitas Andalan
Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo memaparkan, untuk tahun 2017, perusahaan menjagokan reksadana saham Dana Ekuitas Andalan yang memang mengalokasikan dana pada saham-saham berkapitalisasi besar alias big caps. Semisal TLKM, BBCA, ASII, BBRI, dan UNVR. Maklum, saham big caps umumnya lebih bisa memanfaatkan momentum perbaikan ekonomi.
Potensi penyaluran kredit industri perbankan tahun depan juga lebih baik. "Sedangkan sektor konsumer dan telekomunikasi akan terus dipakai oleh konsumennya di setiap business cycles," ujarnya.
Per 16 Desember 2016, Dana Ekuitas Andalan telah diperdagangkan dengan NAB senilai Rp 4.554,37 per UP. Merujuk fund fact sheet per November 2016, mayoritas aset produk ini dialokasikan pada efek saham hingga 89%. Sisanya instrumen pasar uang 11%.
Nah, investor yang berminat menghimpun reksadana saham ini dapat melakukan pembelian awal minimal Rp 1 juta. Produk yang meluncur sejak 1 Desember 2005 tersebut sudah meraih dana kelolaan hingga Rp 1,94 triliun. Perusahaan mengutip biaya pembelian maksimal 2%, biaya penjualan maksimum 2%, serta imbal jasa manajer investasi maksimal 3% per tahun. Reksadana saham ini menggunakan bank kustodian CIMB Niaga dengan biaya kustodian 0,25% per tahun.
Ia meramal, sepanjang tahun 2017, Dana Ekuitas Andalan bakal mampu mengais return 17% - 20%, melampaui pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diprediksi 15% - 17%. Katalis positif bersumber dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melampaui ekspektasi 5% serta membaiknya iklim bisnis.
Nantinya, jika pasar bullish, perusahaan berpeluang menggemukkan porsi saham Dana Ekuitas Andalan hingga melebihi 90%. "Strategi portofolio akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tentu ada beberapa adjustment," imbuhnya.
Tantangan yang dicermati Bahana TCW Investment Management yakni rencana kenaikan suku bunga The Fed, kebijakan Trump, kondisi ekonomi dan politik Uni Eropa, harga minyak dunia, konflik di Timur Tengah, kondisi ekonomi China yang sedang berusaha smooth landing, serta ekonomi Indonesia termasuk perkembangan pembangunan infrastruktur.