Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dana kelolaan jenis reksadana pasar uang baik yang berdenominasi rupiah maupun dollar Amerika Serikat (AS) menyusut sepanjang November 2016. Sejumlah investor mencairkan reksadana untuk kebutuhan liburan di akhir tahun.
Merujuk data Infovesta Utama per November 2016, dana kelolaan reksadana pasar uang berdenominasi rupiah mencapai Rp 31,03 triliun, turun Rp 560 miliar atau minus 1,77% dari posisi Oktober 2016 yang tercatat sebesar Rp 31,59 triliun.
Kendati demikian, secara year to date (ytd), jumlahnya masih tumbuh Rp 7,3 triliun atau 30,76% dari akhir tahun 2015. Dana kelolaan reksadana pasar uang berdenominasi dollar AS turun lebih dalam.
November lalu, jumlahnya mencapai US$ 17,97 juta, terkoreksi US$ 19,79 juta atau 52,4% dibanding bulan sebelumnya. Dibandingkan posisi akhir tahun 2015, nilainya bahkan anjlok 94,44%.
Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo menilai, koreksi dana kelolaan reksadana pasar uang dollar AS terbilang wajar terjadi di akhir tahun. Sebab, sebagian investor, khususnya investor institusi, butuh dana untuk berbagai keperluan, seperti membayar utang jatuh tempo.
Ada pula investor yang mencairkan kepemilikan karena membutuhkan dana untuk liburan akhir tahun. Apalagi, dana kelolaan reksadana pasar uang dollar AS memang turun drastis sepanjang 2016 lantaran imbal hasil (return) yang relatif mini.
Soni menganalisa, tahun ini reksadana pasar uang dollar AS akan mencetak return 1,6%. Bandingkan dengan return reksadana pasar uang denominasi rupiah yang berpotensi mencapai 6,5% tahun ini.
"Saat ini yield pasar uang dollar AS sangat kecil. Return reksadana pasar uang dollar AS memang berada di titik terendah sekarang," papar Soni. Alhasil, investor memanfaatkan produk tersebut sebagai tempat parkir dana sementara karena terbilang likuid.
Beralih ke saham
Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama, menuturkan, penurunan dana kelolaan reksadana pasar uang, baik denominasi rupiah maupun dollar AS, bulan lalu diakibatkan aksi investor yang mengalihkan dananya ke reksadana saham.
"Ini terlihat dari lonjakan unit penyertaan reksadana saham yang signifikan bulan lalu," terang dia.
Lihat saja unit penyertaan reksadana saham berdenominasi rupiah yang membesar dari 51,5 miliar per Oktober 2016 menjadi 55,02 miliar per November 2016. Begitu pula dengan total unit penyertaan reksadana saham dollar AS yang mendaki dari 233,16 juta menjadi 245,01 juta di periode yang sama.
Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menilai, reksadana pasar uang lebih cocok bagi investor dengan dengan profil risiko rendah atau yang berhorizon investasi jangka pendek. "Sebagai alternatif pilihan pengganti deposito," jelas dia.
Pada 2017 nanti, Soni memprediksi imbal hasil reksadana pasar uang denominasi rupiah bisa mencapai 8% per tahun. Sementara imbal hasil reksadana pasar uang denominasi dollar AS berpotensi mencapai 3,5% per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News