kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kelolaan reksadana dollar turun 19% per November


Selasa, 13 Desember 2016 / 07:58 WIB
 Kelolaan reksadana dollar turun 19% per November


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Gejolak pasar keuangan global turut menekan industri reksadana dalam negeri. Reksadana berdenominasi dollar AS termasuk yang paling tertekan. Dana kelolaan atawa asset under management (AUM) reksadana berbasis dollar AS di akhir November lalu turun ketimbang posisi di awal tahun.

Berdasarkan data Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana dollar AS per 30 November 2016 anjlok 19,85% dari posisi di awal tahun ini, menjadi US$ 764,49 juta. Angka itu pun terkikis 5,63% dibanding posisi di Oktober 2016 yang sebanyak US$ 810,07 juta.

Sejalan dengan menurunnya dana kelolaan, total unit penyertaan (UP) juga terlihat menurun. Per 30 November 2016, UP reksadana berbasis dollar AS turun ke level 692 juta atau 29,92% dibanding dengan posisi akhir 2015.

Senior Research & Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo mengatakan, tekanan pada kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indonesian Corporate Bond Index (ICBI) membuat banyak investor hengkang.

Seperti diketahui, kinerja IHSG secara month on month (mom) per November 2016 merosot sebesar 5,05%. Hal serupa pun terjadi pada ICBI yang tergerus sebesar 3,78%. Pukulan terbesar adalah setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS.

Saat itu, terjadi fluktuasi kurs mata uang dunia, tak terkecuali rupiah terhadap dollar AS. Maklum, kebijakan Trump dinilai tidak pro investor. Selain itu, pasar juga tertekan semakin membesarnya spekulasi kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed.

Yield US Treasury pun mengalami kenaikan menjadi 2,37% di akhir November lalu. "Kenaikan yield inilah yang kemungkinan besar menyebabkan AUM reksadana berdenominasi dollar AS menurun," terang Mauldy Rauf Makmur, Head of Corporate Secretary & Business Support Mandiri Manajemen Investasi, akhir pekan lalu.

Selain terpengaruh kondisi pasar global, Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama Wawan Hendrayana berpendapat bahwa jelang akhir tahun, banyak perusahaan membutuhkan dollar AS untuk membayar utang-utangnya.

"Ini membuat banyak dollar AS yang ditarik dari instrumen investasi," terang dia.

Ke depannya, investor yang ingin mengoleksi jenis reksadana ini lebih baik memiliki pemahaman lebih. Karena, selain menghadapi risiko fluktuasi pasar, investor reksadana berbasis dollar AS juga menghadapi risiko fluktuasi nilai tukar. Ini membuat kinerja reksadana berbasis dollar AS sulit diprediksi.

Tapi, Direktur Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana optimistis, reksadana berdenominasi dollar AS bisa memberikan imbal hasil antara 5% hingga 7% di akhir 2017 nanti.

Penyebabnya, valuasi rupiah diprediksi bisa menguat 3%-5% tahun depan menjadi Rp 12.800–Rp 13.000 per dollar AS Jadi, jika sentimen global mereda, reksadana berdenominasi dollar AS akan bangkit.

Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo memprediksi dollar AS akan kembali melemah paling tidak sampai ke posisi di kuartal III-2016, sehingga ada kemungkinan rupiah menguat.

Beben melihat pemulihan kinerja reksadana dollar akan banyak bergantung pada kondisi pasar dan nilai tukar. "Hingga kuartal I-2017 potensi untuk tumbuh masih terbuka," ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×