kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Pertumbuhan obligasi korporasi tak signifikan di tahun politik


Rabu, 16 Oktober 2019 / 20:48 WIB
Pertumbuhan obligasi korporasi tak signifikan di tahun politik
ILUSTRASI. Aktivitas di Mandiri Sekuritas Jakarta, Rabu (19/7). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia jumlah obligasi korporasi yang akan jatuh tempo semester II 2017 mencapai Rp 38,22 triliun. Surat utang yang jatuh tempo, didominasi oleh perusahaan pembiayaan.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

Mikail menambahkan, pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang melambat juga memengaruhi tertahannya peluncuran obligasi korporasi baru. Mikail memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal III bisa berada di bawah 5%.

Baca Juga: Pefindo: Saat ini waktu tepat terbitkan obligasi korporasi

Baru-baru ini, PT Waskita Karya Tbk (WKST) menunda penerbitan obligasi senilai Rp 3,5 triliun hingga ke tahun depan. Tentunya, gagalnya WSKT menerbitkan obligasi turut mengurangi pertumbuhan emisi obligasi korporasi di tahun ini.

Di tengah tren penurunan suku bunga, Mikail mengatakan, korporasi akan dihadapkan pada tantangan penyerapan obligasi. Suku bunga turun membuat kupon yang ditawarkan korporasi juga ikut turun, sementara investor menginginkan kupon tinggi di tengah pasar saham yang masih terkoreksi.

Ia mengatakan, kupon besar yang diinginkan investor ada di 8%. Sementara, obligasi dengan rating AAA sudah di bawah 8%. Hal ini membuat investor jadi mengincar obligasi dengan rating yang lebih rendah. "Obligasi korporasi AAA akan sulit mengalami kelebihan permintaan lagi," kata Mikail.

Namun, di tengah perlambatan ekonomi yang masih berlanjut, Mikail memproyeksikan investor juga akan jadi lebih selektif mencari obligasi yang paling tidak memiliki rating investment grade.

Baca Juga: Rupiah ditutup melemah tipis 0,04% ke Rp 14.172 per dolar AS

Sektor finansial yang memiliki likuiditas tinggi jadi pilihan utama investor yang mengincar obligasi dibanding sektor non finansial.

Sementara, Mikail memproyeksikan penyerapan obligasi yang keluar dari perusahaan konstruksi juga akan mengalami tantangan tersendiri karena seiring dengan fokus pemerintah menggenjot infrastruktur obligasi yang keluar dari sektor ini jadi oversupply.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×