Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
Mikail menambahkan, pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang melambat juga memengaruhi tertahannya peluncuran obligasi korporasi baru. Mikail memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal III bisa berada di bawah 5%.
Baca Juga: Pefindo: Saat ini waktu tepat terbitkan obligasi korporasi
Baru-baru ini, PT Waskita Karya Tbk (WKST) menunda penerbitan obligasi senilai Rp 3,5 triliun hingga ke tahun depan. Tentunya, gagalnya WSKT menerbitkan obligasi turut mengurangi pertumbuhan emisi obligasi korporasi di tahun ini.
Di tengah tren penurunan suku bunga, Mikail mengatakan, korporasi akan dihadapkan pada tantangan penyerapan obligasi. Suku bunga turun membuat kupon yang ditawarkan korporasi juga ikut turun, sementara investor menginginkan kupon tinggi di tengah pasar saham yang masih terkoreksi.
Ia mengatakan, kupon besar yang diinginkan investor ada di 8%. Sementara, obligasi dengan rating AAA sudah di bawah 8%. Hal ini membuat investor jadi mengincar obligasi dengan rating yang lebih rendah. "Obligasi korporasi AAA akan sulit mengalami kelebihan permintaan lagi," kata Mikail.
Namun, di tengah perlambatan ekonomi yang masih berlanjut, Mikail memproyeksikan investor juga akan jadi lebih selektif mencari obligasi yang paling tidak memiliki rating investment grade.
Baca Juga: Rupiah ditutup melemah tipis 0,04% ke Rp 14.172 per dolar AS
Sektor finansial yang memiliki likuiditas tinggi jadi pilihan utama investor yang mengincar obligasi dibanding sektor non finansial.
Sementara, Mikail memproyeksikan penyerapan obligasi yang keluar dari perusahaan konstruksi juga akan mengalami tantangan tersendiri karena seiring dengan fokus pemerintah menggenjot infrastruktur obligasi yang keluar dari sektor ini jadi oversupply.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News