kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Perlu dicermati dari reksadana saham syariah


Rabu, 15 Februari 2017 / 22:24 WIB
Perlu dicermati dari reksadana saham syariah


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Tren harga komoditas yang menanjak dinilai menjadi katalis positif pertumbuhan reksadana syariah. Namun begitu, ketidakpastian global terkait laju harga komoditas bakal menjadi tantangan bagi manajer investasi dalam mengatur dana kelolaannya.

Head of Research and Consulting Services Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengungkapkan, kinerja reksadana saham syariah tahun 2016 sudah cukup baik. Bahkan, jika dibandingkan dengan reksadana saham konvensional, pertumbuhan reksadana saham syariah tampak lebih berjaya.

Edbert menyebut, pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun lalu mencapai 15,3%. Adapun saham syariah tercatat 12,6%, sementara saham konvensional hanya 7,7%.

Menurut Edbert, kinerja saham syariah tersebut didominasi oleh saham berbagai komoditas. “Tahun lalu, saham komoditas rebound semua, karena harga minyak naik, batubara naik, sehingga berimbas positif terhadap kinerja saham syariah yang juga naik,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (15/2).

Kendati begitu, manajer investasi maupun investor perlu mewaspadai tren kenaikan harga komoditas tersebut. Edbert memprediksi, tren kenaikan harga komoditas tersebut kemungkinan akan bertahan hingga semester I. “Karena kenaikan ini masih belum ditopang oleh kenaikan permintaan, tetapi lebih karena suplainya yang dikurangi,” imbuhnya.

Menurutnya, ketika suplai minyak dibatasi, sementara permintaan tidak banyak, itu mengindikasikan sistem yang semu atau tidak sehat. Dengan begitu, pasar masih menantikan, apakah di semester II nanti ada perbaikan dari sisi permintaan komoditas atau tidak. “Kalau tidak, berarti dampaknya bisa kemana-mana,” katanya.

Lebih lanjut Edbert bilang, sektor komoditas memegang peran utama dan memiliki kapitalisasi besar di saham syariah. Ketika kenaikan harga komoditas belum sehat dan tidak berkelanjutan, ini akan jadi katalis negatif bagi pergerakan indeks saham syariah.

Namun begitu, ketika sektor komoditas tidak bisa diandalkan, saham sektor infrastruktur menjadi katalis positif dalam negeri yang dapat mendongkrak kinerja saham syariah. Edbert bilang, saham sektor infrastruktur masih positif selama pemerintah memiliki komitmen untuk melanjutkan pembangunan.

Adapun pendapatan negara dari program tax amnesty juga dinilai bisa meyakinkan investor bahwa pemerintah mempunyai dana yang cukup untuk melanjutkan pembangunan.

Jika kondisi ekonomi stabil, Edbert memprediksi kinerja saham syariah bisa tumbuh di level 10% - 12% hingga akhir tahun. “Dengan catatan tidak ada perubahan kondisi, baik itu membaik atau memburuk secara signifikan,” pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×