Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tren kenaikan harga komoditas membuat prospek reksadana saham syariah menarik untuk dilirik. Apalagi, secara industri, reksadana syariah mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan reksadana konvensional pada tahun lalu.
Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama mengatakan tren kenaikan harga komoditas turut menopang pertumbuhan indeks reksadana tahun lalu. “Secara rata-rata, pertumbuhan indeks reksadana tahun lalu mencapai 15%, sementara untuk yang syariah di atas itu, hampir 18%,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (15/2).
Adapun saham sektoral tahun lalu, lanjut Wawan, yang mencatatkan pertumbuhan paling tinggi adalah sektor komoditas yakni mencapai 70%. Sektor ini pun menjadi salah satu sektor yang disasar oleh manajer investasi dalam mengelola produk reksadana berbasis syariah.
Jelas saja, sebagai produk berbasis syariah, produk ini tidak masuk dalam saham emiten yang menggunakan suku bunga, karena ada riba. Walhasil, mereka fokus pada sektor konsumsi, infrastruktur, dan komoditas yang membuat tahun lalu returnnya tinggi.
Salah satu manajer investasi yang baru saja meluncurkan produk reksadana saham berbasis syariah di awal tahun ini adalah Capital Asset Management. Manajer Investasi yang sebelumnya bernama Brent Asset Management ini baru saja meluncurkan produknya pada 6 Februari 2017 lalu.
Desmon Silitonga, Fund Manager Capital Asset Management mengatakan, dia melihat beberapa prospek saham yang bakal menunjukkan tren perbaikan ke depan, di antaranya sektor komoditas. Menurutnya, sektor ini bakal mencatatkan pertumbuhan yang baik seiring pulihnya perekonomian dunia.
“Secara tren, harga Crude Palm Oil (CPO) dan komoditas lainnya mulai naik dengan pulihnya perekonomian Amerika. Apalagi suplainya mulai terbatas sehingga bisa mendorong harga,” ungkapnya.
Selain sektor komoditas, pihaknya berencana menyasar sektor infrastruktur dan konsumsi. Menurutnya, kebijakan pemerintah terkait proyek infrastruktur hingga tahun 2019 bakal menopang pertumbuhan indeks saham syariah.
“Saham-saham infrastruktur kalau kita lihat kinerjanya dalam 2 tahun terakhir mereka cukup positif, meski memang growth kita juga ditopang oleh hampir 60% sektor konsumsi, katanya kepada KONTAN.
Meski tidak ingin menyebut target dana kelolaan untuk produk baru tersebut, Desmon bilang, setidaknya pihaknya menargetkan minimal Rp 10 miliar hingga 120 hari pasca mendapat pernyataan efektif dari OJK. Adapun produk bernama Capital Sharia Equity ini mendapat pernyataan efektif dari OJK per Januari 2017.
Wawan pun memproyeksikan, sektor komoditas masih akan melanjutkan tren kenaikan tahun ini seiring naiknya harga-harga komoditas. Dia menyebut, rata-rata pertumbuhan indeks saham syariah per 13 Februari 2017 secara year to date (ytd) tumbuh 0,98%.
Dia pun memprediksi imbal hasil reksadana saham syariah tahun ini bisa mencapai 10% -12%. “Mungkin masih bisa di atas itu,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News