kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Perlambatan ekonomi global berpeluang menekan harga CPO


Kamis, 18 Agustus 2011 / 16:05 WIB
Perlambatan ekonomi global berpeluang menekan harga CPO
ILUSTRASI. Foto udara awan hitam yang menyelimuti Kota Bandung terlihat di Cibiru, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Cuaca besok di Jawa dan Bali cerah berawan hingga berawan juga hujan, menurut prakiraan BMKG.


Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

KUALA LUMPUR. Kekhawatiran melambatnya perekonomian global bisa menekan harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO). Sentimen tersebut mungkin akan menutupi ekspektasi positif kenaikan permintaan ekspor yang bisa memperpanjang reli minyak sawit.

Kontrak CPO untuk pengiriman November di Malaysia Derivatives Exchange bergerak tipis ke RM 3.035 atau setara US$ 1.019 per metrik ton, hingga pukul 3.32 sore di Kuala Lumpur, dari posisi kemarin di RM 3.033. Bahkan, pada sesi perdagangan pagi, kontrak yang sama sempat melemah ke RM 3.021 per metrik ton.

Morgan Stanley dan Deutsche Bank AG memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China. Mereka menyebut, beban utang dan pengangguran di AS serta Eropa mengancam permintaan produk-produk China. Morgan Stanley juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini.

Namun, Direktur Commodity Links Pte. Vijay Mehta menyebut, tekanan krisis sepertinya akan berdampak sangat terbatas. "Pasar sepenuhnya didukung oleh permintaan yang kuat," sebutnya.

Paramalingam Subramaniam dari Pelindung Bestari Sdn mengekspektasi ekspor Malaysia dalam 20 hari pertama bulan Agustus akan membaik jelang musim perayaan. "Diwali segera tiba, sehingga India akan mulai membeli," sebutnya.

Musim puncak permintaan dari India dimulai Agustus seiring Ramadhan, dan berakhir Oktober dengan festival Hindu Diwali. Saat ini, impor minyak nabati India kedua terbesar setelah China. Penimbunan stok menjelang festival akan memicu naiknya permintaan.

Parmalingan juga bilang, produksi Juli - Agustus sangat rendah, dan stok CPO yang tersedia juga semakin menyusut. Data Malaysian Palm Oil Board menyebutkan, cadangan turun menjadi 2 juta ton per Juli, dari 2,05 juta ton pada Juni. Sementara ekspor naik 9,1% persen menjadi 1,73 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×