kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.742.000   28.000   1,63%
  • USD/IDR 16.354   42,00   0,26%
  • IDX 6.516   -131,79   -1,98%
  • KOMPAS100 926   -15,28   -1,62%
  • LQ45 727   -11,27   -1,53%
  • ISSI 204   -5,48   -2,62%
  • IDX30 379   -5,12   -1,33%
  • IDXHIDIV20 454   -6,82   -1,48%
  • IDX80 105   -1,64   -1,53%
  • IDXV30 108   -1,53   -1,40%
  • IDXQ30 124   -1,87   -1,49%

Performa Indeks Kompas100 Tengah Melemah, Ini Rekomendasi Saham yang Menarik Dilirik


Minggu, 09 Februari 2025 / 20:44 WIB
Performa Indeks Kompas100 Tengah Melemah, Ini Rekomendasi Saham yang Menarik Dilirik
ILUSTRASI. Sepanjang tahun berjalan, indeks Kompas100 tercatat berada di zona merah dengan koreksi sebesar 5,82%. Pada penutupan perdagangan Jumat (7/2), indeks ini parkir di level 995.985. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/03/12/2024


Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai turut menekan sejumlah indeks di bursa, termasuk indeks Kompas100.

Sepanjang tahun berjalan, indeks Kompas100 tercatat berada di zona merah dengan koreksi sebesar 5,82%. Pada penutupan perdagangan Jumat (7/2), indeks ini parkir di level 995.985.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama menilai ada sejumlah saham menarik untuk dicermati pada indeks Kompas100 yang tengah mengalami pelemahan. 

Beberapa di antaranya adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Menurut Nafan, saham-saham tersebut memiliki Price to Earning Ratio (PER) di bawah 15 kali, sehingga layak dipertimbangkan oleh investor.

“Saham-saham ini dapat menjadi referensi bagi investor yang ingin berinvestasi dalam jangka panjang,” ujar Nafan kepada Kontan, Minggu (9/2).

Baca Juga: Menilik Prospek Emiten Milik Taipan di Tengah Sentimen Negatif, Mana yang Menarik?

Nafan menambahkan, saham-saham yang sedang 'salah harga' itu murni adanya faktor performa IHSG yang benar-benar mengalami tekanan akibat eksternal maupun internal.

"Emiten-emiten tersebut sebenarnya secara fundamental dan valuasinya bagus. Hanya saja, karena faktor market yang kurang kondusif membuat pelaku pasar dan investor bersikap prudent," tambah Nafan. 

Selain itu, Nafan juga menyoroti harga saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) yang masing-masing berada di level Rp 10.900 dan Rp 585 per saham saat ini sudah mencerminkan kinerja fundamentalnya.

"Harga saham GGRM dan HMSP sudah mencerminkan kinerja fundamentalnya marena primary trend kedua saham itu dalam keadaan downtrend, maka disarankan untuk menghindari saham-saham tersebut," jelas Nafan.

Baca Juga: Pilih-Pilih Saham Perbankan di Tengah Tren Penurunan, Cermati Rekomendasi Berikut

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyatakan ada sejumlah saham di indeks Kompas100 yang saat ini tergolong murah karena diyakini memiliki potensi valuasi di masa depan.

Menurutnya, beberapa saham yang menarik untuk dicermati antara lain PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO)

Selain itu, saham di sektor properti seperti PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) juga berpotensi tumbuh seiring dengan insentif pemerintah serta pemangkasan suku bunga.

PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) pun layak diperhatikan. ESSA menarik karena fokus pada bisnis energi, khususnya produksi avtur berbasis clean energy. Sementara itu, EXCL saat ini tengah menjalani proses merger dalam kondisi yang baik.

Saham lain yang dinilai memiliki prospek positif mencakup PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT United Tractors Tbk (UNTR). Khusus untuk JSMR, saham ini masih menarik untuk investasi jangka panjang.

"Saat ini saham-saham itu sedang tidak sesuai dengan fundamentalnya karena murah," ucap Nico kepada Kontan, Minggu (9/2).

Lebih lanjut, Nico menekankan bahwa penentuan valuasi saham tidak bisa hanya mengandalkan Price to Earnings Ratio (PER). Investor juga perlu mempertimbangkan metode Discounted Cash Flow (DCF) serta Risk-Free Rate (RF) untuk menilai potensi kenaikan harga saham di masa mendatang.

"Kalau PER itu hanya jangka pendek saja untuk melihat apakah sahamnya mahal atau murah, itu pun kita juga harus membandingkan dengan PER industri," jelas Nico.

Nico pun membeberkan sejumlah saham yang diperdagangkan tersebut di bawah nilai fundamentalnya akibat sejumlah faktor. Pertama, berasal dari fluktuasi harga. Kedua, rilis data ekonomi terkini, seperti tingkat konsumsi, daya beli yang melemah, pertumbuhan ekonomi, inflasi, depresiasi rupiah, dan pemangkasan anggaran. 

Dari sisi eksternal, kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama atau higher for longer serta potensi perang dagang di era Trump juga turut memberikan tekanan pada pasar.

Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Ditadah Asing Sepekan Terakhir

Head of Investment Specialist PT Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah menerangkan Price to Earnings Ratio (P/E) yang rendah tidak selalu menjadikan suatu saham menarik. Menurutnya, yang lebih penting adalah memastikan adanya potensi pertumbuhan, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.

Fath menyarankan agar investor mencermati PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Sebab, kinerja perusahaan ini terus menunjukkan perbaikan dan memiliki peluang untuk tumbuh lebih baik ke depan. 

"Salah satu katalisnya adalah perbaikan kinerja anak usaha Vidio," papar Fath kepada Kontan, Minggu (9/2).

Ke depan, pasar akan lebih tertarik pada perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan jelas dan bisnis yang kuat.

Di sisi lain, Fath menjelaskan bahwa penurunan harga saham-saham yang tergolong blue chip di Kompas100 turut dipengaruhi oleh arus keluar dana asing atau outflow serta prospek pertumbuhan yang stagnan atau cenderung lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Di sisi lain, Nafan merekomendasikan untuk buy on weakness saham INDF dan INDY di target harga masing-masing Rp 7.825 dan Rp 1.715

Sementara itu, ia juga menyarankan acccumulative buy ITMG, MAPI, PGAS dan TLKM pada target harga Rp 26.375, Rp 1.320, Rp 1.640 dan Rp 2.770.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×