Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) akan didukung oleh proyek infrastruktur pemerintah. Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), program 3 juta rumah, serta diskon PPN Properti diharapkan memoles kinerja INTP.
Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga mengatakan, emiten semen seperti INTP masih akan menghadapi tekanan kelebihan pasokan (oversupply) di tahun 2025. Kondisi oversupply yang telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir masih menjadi faktor utama penekan industri semen yang diperparah dengan lesunya daya beli masyarakat.
‘’Dengan keterbatasan daya beli, konsumen akan melakukan penundaan perbaikan atau pembangunan rumah yang berpotensi akan menekan volume permintaan semen,’’ kata Aditya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/2).
Selain itu, ketatnya persaingan harga di industri ini semakin menekan margin keuntungan, sehingga emiten semen harus menghadapi tantangan dalam menjaga profitabilitas di tengah kondisi pasar yang belum sepenuhnya mendukung.
Di sisi lain, Aditya menilai, beberapa agenda pembangunan yang direncanakan pemerintah dapat memberikan sedikit ruang untuk pulihnya permintaan. Program pembangunan 3 juta rumah pada 2025, serta kelanjutan proyek IKN dan Proyek Strategis Nasional (PSN) lainnya diharapkan mampu menyerap sebagian kelebihan pasokan semen.
Baca Juga: Pangsa Pasar Meningkat, Simak Rekomendasi Saham Indocement Tunggal Prakarsa (INTP)
Berbagai relaksasi yang diberikan kepada sektor properti turut diharapkan dapat memberikan efek berganda ke berbagai industri termasuk permintaan semen. Namun, realisasi proyek-proyek ini masih bergantung pada realisasi di lapangan.
‘’Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, kami proyeksikan konsumsi semen domestik tumbuh 1% - 2,5% pada 2025 yang diharapkan dapat membantu meningkatkan rasio utilisasi INTP menjadi 60% pada 2025,’’ ujar Aditya.
Menurut Aditya, semen curah (bulk) diperkirakan masih menjadi penopang utama kinerja INTP. Hal ini didukung oleh keberlanjutan proyek strategis nasional dan peningkatan permintaan dari proyek komersial seperti pembangunan pergudangan, smelter, pabrik, dan perumahan di kawasan pengembangan baru di luar Jakarta.
Sementara itu, konsumsi semen dalam kantong (bag) diproyeksikan masih lemah dalam jangka pendek seiring daya beli masyarakat yang masih lesu. Risiko negatif lainnya bagi INTP adalah tertundanya proyek infrastruktur dalam negeri.
Analis OCBC Sekuritas Budi Rustanto memperkirakan, kinerja INTP akan didukung meningkatnya konsumsi semen domestik yang diperkirakan tumbuh 2% yoy pada tahun 2024 dan 2025. Proyeksi ini akan didukung oleh penurunan suku bunga yang bisa memacu penjualan properti.
Program-program dari pemerintah seperti program 3 juta rumah, diskon PPN untuk pembelian rumah, pasokan semen berkelanjutan ke ibu kota baru dan sekitarnya, serta pengembangan proyek infrastruktur dan smelter diharapkan juga meningkatkan konsumsi semen.
Untuk program 3 juta rumah, dengan asumsi setiap rumah tipe 36 membutuhkan sekitar 3 ton semen, peningkatan permintaan tambahan dapat mencapai 6 juta ton dari 2 juta unit rumah, yang mewakili sekitar 9% dari total penjualan semen pada tahun 2025.
Baca Juga: Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Catatkan Kenaikan Penjualan Semen pada 2024
Budi melihat, selain pertumbuhan di Jawa Tengah dari operasi di Semen Grobogan, permintaan semen curah (bulk) juga membaik di wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Hal itu didorong percepatan proyek infrastruktur (MRT, LRT, jalan tol) dan lebih banyak penjualan dari proyek komersial mulai dari gudang, pabrik, termasuk rumah tapak di pengembangan area baru di luar Jakarta.
Namun, kondisi kelebihan pasokan tetap ada di industri semen domestik, dengan permintaan diperkirakan mencapai 67,3 juta ton terhadap kapasitas 120,8 juta ton, yang mengakibatkan tingkat utilisasi 56% pada tahun 2025.
‘’Kelebihan pasokan dan perang harga menimbulkan risiko penurunan ASP dan tekanan margin. Selain itu, persaingan ekspor semen tetap ketat,’’ jelas Budi dalam riset 7 November 2024.
Budi mencermati, INTP sendiri telah menaikkan harga produk semen kantong untuk mengantisipasi tekanan margin. Total kenaikan harga jual rata-rata (ASP) semen kantong INTP sekitar 3%-4% dari awal tahun hingga September 2024.
Hingga Oktober, kenaikan harga telah mencapai 4%-5% karena Indocement terus menaikkan harga di area tertentu berdasarkan dinamika permintaan-penawaran. INTP juga berencana untuk menaikkan harga lebih lanjut pada bulan November, jika pesaing mulai mengikuti langkahnya.
Sementara itu, biaya energi yang stabil seperti harga batu bara dan minyak serta dolar AS akan membantu meningkatkan margin. Namun, porsi fighting brand yang lebih banyak dapat menghambat peningkatan harga jual alias ASP.
Oleh karena itu, Budi berujar, INTP mungkin akan berhati-hati dalam memanfaatkan economic brand dengan memantau pangsa pasar dan profitabilitas, dengan tetap mempertahankan kontribusi volume pada kisaran 15-20%.
INTP juga berupaya untuk meningkatkan penjualan semen serta sinergi dan efisiensi dengan mengoptimalkan operasional pabrik Grobogan dan Maros, termasuk unit penggilingan semen di Banyuwangi. Indocement juga masih memiliki ruang untuk meningkatkan margin dengan meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif.
Budi merekomendasikan Buy untuk INTP dengan target harga sebesar Rp 8.200 per saham. Sedangkan, Aditya mempertahankan rekomendasi Buy untuk INTP dengan target harga sebesar Rp 8.100 per saham.
Selanjutnya: PNM Apresiasi Kreativitas Nasabah Kembangkan Usaha
Menarik Dibaca: Warna Magenta Bikin Rumah Lebih Enerjik dan Indah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News