Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, menurut Janson kesepakatan dagang ini juga membuat beberapa harga komoditas beranjak naik, sebut saja komoditas sawit dan nikel. Adapun emiten yang berpeluang untuk mencuil keuntungan dari kenaikan harga komoditas ini adalah PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (ISIP) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Namun, Janson menilai kesepakatan dagang ini hanya mengerek harga sawit dan tidak membuka peluang ekspor sawit lebih besar ke China. “Pasar sawit terbesar kita India dan Eropa,” lanjut Janson.
Baca Juga: Erick Thohir sebut lima prioritas BUMN yang akan dijalankan di masanya
Janson menilai investor bisa mencermati saham KLBF dengan target harga Rp 1.750 per saham, ISIP dengan target harga Rp 1.700 per saham, dan INCO dengan target Rp 4.000 per saham.
Setali tiga uang, Robert Sebastian, Analis Ciptadana Sekuritas mengatakan, emiten dengan orientasi impor seperti PT Ace Hardware Indonesia, Tbk (ACES) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) juga diprediksi bakal mengalap berkah dari adanya penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat saat ini.
Robert mengatakan investor bisa masuk ke saham ACES dan ERAA dengan harga penutupan kemarin Jumat (17/1). Pada Jumat (17/1), saham ACES ditutup bergeming di level Rp 1.600 per saham dan ERAA ditutup melemah 1,18% ke level Rp 1.680 per saham.
Baca Juga: BEI mencermati saham Minna Padi (PADI) yang bergerak di luar kebiasaan
Terakhir, Janson melihat kesepakatan dagang fase pertama ini merupakan langkah serius dari kedua Negara dan akan berlanjut hingga fase kedua. Adapun kesepakatan fase kedua akan dilaksanakan sekitar bulan November 2020 atau menunggu momentum Pemilihan Presiden AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News