Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar Rupiah diproyeksi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Senin (17/2). Rupiah bakal didukung data penjualan ritel AS yang lebih lemah dari perkiraan pasar.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan, Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS di perdagangan Senin (17/2). Proyeksi itu sejalan dengan pelemahan Dolar masih berlanjut usai data penjualan ritel AS yang lebih lemah dari perkiraan.
Departemen Perdagangan AS melalui Biro Sensus melaporkan pada Jumat (14/2) bahwa penjualan ritel turun 0,9% bulan lalu, setelah mengalami revisi kenaikan sebesar 0,7% pada Desember. Angka tersebut jauh lebih buruk dari konsensus yang memperkirakan penurunan 0,1%.
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (17/2)
‘’Data penjualan ritel AS yang lebih lemah menurunkan imbal hasil obligasi dan meningkatkan prospek pemangkasan suku bunga the Fed,’’ kata Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (16/2).
Lukman menilai, rilis data penjualan ritel masih akan mendominasi sentimen pasar di awal pekan karena tidak ada data ekonomi penting lainnya dari luar negeri. Dari domestik, investor menantikan data perdagangan Indonesia yang diperkirakan surplus sekitar US$ 2 miliar.
Mengutip Bloomberg, Jumat (14/2), Rupiah spot ditutup menguat sekitar 0,67% ke level Rp 16.251 per dolar AS. Sementara, Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,48% ke level Rp 16.285 per dolar AS.
Menurut Lukman, nilai tukar rupiah sebelumnya menguat dipengaruhi dolar AS yang lemah akibat keputusan Trump untuk menunda pemberlakuan tarif impor. Penundaan tarif Trump itu memberikan waktu dan harapan bagi negara-negara untuk melakukan negosiasi.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi melihat, penundaan tarif Trump telah melatarbelakangi penguatan rupiah cukup signifikan hingga ke level Rp 16.251 per dolar AS, Jumat (14/2). Bahkan, rencana tarif Trump diekspektasikan belum akan berlaku hingga April, memberikan lebih banyak waktu untuk terhindar dari tekanan perang dagang.
Adanya potensi kesepakatan damai antara Rusia-Ukraina juga mendukung Rupiah karena perdamaian kedua negara itu bisa membuat ekonomi dunia kembali normal. Di samping itu, langkah China mendorong perdamaian Rusia-Ukraina telah menciptakan optimisme, meski dihadapkan potensi perang dagang dengan AS.
Baca Juga: Aliran Modal Asing Hengkang Rp 9,61 Triliun di Pekan Kedua Februari 2025
‘’Walaupun sedang menghadapi perang dagang, tetapi China memberikan inisiatif untuk Presiden Trump dan Putin bertemu dalam menyelesaikan perang yang kemungkinan besar perang di Ukraina akan segera usai,’’ sebut Ibrahim dalam risetnya, Jumat (14/2).
Selain itu, Ibrahim memandang bahwa rupiah menguat signifikan seiring lawatan Presiden Turki, Erdogan, ke Indonesia. Kedatangan Erdogan ke Indonesia membawa potensi investasi besar khususnya di proyek infrastruktur terutama di IKN.
Dengan berbagai faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan, Rupiah kemungkinan masih lanjutkan tren penguatan dalam rentang Rp 16.200 – Rp 16.260 per dolar AS di Senin (17/2). Sedangkan, Lukman memprediksi, Rupiah akan menguat dalam rentang Rp 16.200 – Rp 16.300 per dolar AS.
Selanjutnya: Harga Pertamax-Dexlite Naik Februari 2025, Khusus BBM Ini Malah Turun
Menarik Dibaca: Gratis Link Twibbon Hari Jadi Kota Solo ke-280 Pakai Hari Ini (17/2)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News