kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Penawaran SBR013 Ditutup, Penjualan Tembus Rp 19 Triliun


Kamis, 04 Juli 2024 / 20:16 WIB
Penawaran SBR013 Ditutup, Penjualan Tembus Rp 19 Triliun
ILUSTRASI. Penawaran saving bond ritel SBR013.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah resmi menutup penawaran Surat Berharga Negara/SBN Ritel jenis Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR013, Kamis (4/7).

Penjualan untuk seri tersebut berhasil tembus Rp 19 triliun.

Berdasarkan data salah satu mitra distribusi, PT Bareksa Marketplace Indonesia per Kamis (4/7/2024) pukul 06.15 WIB atau beberapa jam jelang penutupan, pemesanan SBR013 mencapai Rp 19,08 triliun dari kedua seri.

Namun, angka final penjualan akan disampaikan menyusul oleh DJPPR Kemenkeu.

Baca Juga: Penawaran Investasi Ditutup Besok Kamis (4/7), Kupon SBR 013 6,45% & 6,6%

Dari jumlah tersebut, sebagian besarnya atau senilai Rp 14,19 triliun merupakan pemesanan SBR013-T2 (tenor dua tahun).

Sedangkan nilai pemesanan SBR013-T4 (tenor empat tahun) mencapai Rp4,86 triliun.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan bahwa masyarakat menyambut baik kehadiran SBN ritel.

Terlihat dari penjualan SBN ritel yang terus mencapai target.

Ramdhan menilai, untuk SBN dengan tipe non-tradealbe dengan capaian hampir Rp 20 triliun sudah sangat baik.

"Artinya, masyarakat menerima instrumen seperti itu," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (4/7).

Baca Juga: Penjualan Masih Dibuka Awal Juli, Cek Cara Investasi SBR 013 dengan Kupon 6,6%

Sebelumnya, Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan mengatakan bahwa prospek permintaan SBR013 akan disambut positif oleh masyarakat.

Hal itu tecermin dari total pesanan yang melebihi target awal.

Pada awal penawaran, pemerintah menargetkan penjualannya sebesar Rp 15 triliun.

"Kami akan memperhatikan juga minat dari masyarakat, kalau memang tinggi minatnya, kami punya spare alokasi untuk bisa di upsize hingga Rp20 triliun," ujar Deni dalam acara Peluncuran SBR013 di Jakarta, Senin (10/6).

Minat masyarakat yang tinggi turut dirasakan mitra distribusi. Bank BCA mencatatkan penjualan SBR013 mencapai Rp 6 triliun.

Baca Juga: Kupon SBR 013 6,45% & 6,6%, Cek Cara Investasi Secara Online Modal Minimal Rp 1 Juta

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, animo masyarakat cukup tinggi terhadap SBR013.

"Hingga penutupan pada hari Kamis (4/7), jumlah pemesanan SBR013 di BCA mencapai Rp6 triliun dengan komposisi lebih dari 70% pada tenor 2 tahun," ungkapnya kepada Kontan.

Asal tahu, capaian tersebut naik dari hasil penjualan SBN ritel sebelumnya, yakni ST012. Berdasarkan catatan Kontan.co.id, BCA mencatatkan penjualan sekitar Rp 4 triliun.

Karenanya, Hera meyakini penawaran SBN ritel selanjutnya masih akan diminati masyarakat. Apalagi dengan meningkatnya literasi dan minat masyarakat atas investasi.

"BCA mendukung pemerintah Indonesia dalam memberikan solusi bagi masyarakat dengan terus menghadirkan berbagai kemudahan," sebutnya.

Sebagai informasi, pemerintah akan menawarkan sukuk ritel (SR) seri SR021. Penawaran akan berlangsung dari 23 Agustus - 18 September 2024.

Ramdhan meyakini bahwa permintaan SR021 akan tetap tinggi. Ditambah, tingkat suku bunga yang relatif lebih besar dibandingkan tahun lalu.

Baca Juga: Atur Ulang Strategi Investasi di Semester II-2024

"Tingkat suku bunga saat ini akan memberikan pengembalian yang lebih baik kepada investor, ditambah perlakuan pajak yang lebih rendah, serta kemudahan akses atas produk SBN ritel," paparnya.

Ramdhan juga mencermati bahwa karakter SBN ritel jangka pendek, itu sebabnya investor lebih meminati produk dengan tenor yang lebih pendek.

"Selain itu, investor akan mendapatkan pokoknya lebih cepat, walaupun secara rate, tenor yang lebih panjang akan lebih tinggi," lanjutnya.

Di sisi lain, tenor yang lebih panjang baru ada 1-2 tahun ke belakang sebagai bentuk diversifikasi. Sehingga, pemerintah dinilai masih perlu untuk sosialisasi kembali.

"Seiring berjalan waktu akan menuju keseimbangan baru dalam sisi penawaran, tapi dalam 1-2 tahun ini memang masih pengenalan untuk instrumen yang lebih panjang," imbuhnya.

Selanjutnya: Bukit Asam (PTBA) Targetkan Pendapatan Bisnis EBT Capai 30% pada 2030

Menarik Dibaca: 4 Minuman Tinggi Antioksidan yang Bagus untuk Penderita Diabetes, Nomor 4 Mengejutkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×