kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.684.000   -8.000   -0,47%
  • USD/IDR 16.402   2,00   0,01%
  • IDX 6.646   113,79   1,74%
  • KOMPAS100 990   21,69   2,24%
  • LQ45 776   14,22   1,87%
  • ISSI 203   3,92   1,97%
  • IDX30 401   6,72   1,70%
  • IDXHIDIV20 483   8,87   1,87%
  • IDX80 112   2,06   1,87%
  • IDXV30 117   1,19   1,03%
  • IDXQ30 133   2,24   1,72%

Pedang Bermata Dua di Pasar Obligasi Korporasi, Ada Peluang dan Risiko


Rabu, 12 Februari 2025 / 21:20 WIB
Pedang Bermata Dua di Pasar Obligasi Korporasi, Ada Peluang dan Risiko
ILUSTRASI. BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBRI)  & entitas asosiasi PT Danareksa (Persero) berhasil mempertahankan posisi pertama pangsa pasar antar perusahaan sekuritas di liga perantara perdagangan obligasi korporasi dan pemerintah di Indonesia hingga April 2023.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada peluang dan ada risiko, mungkin menjadi kalimat yang bisa menggambarkan kondisi pasar pasar obligasi korporasi saat ini.

Peluang datang dari yield dan kupon yang tinggi di tengah suku bunga yang masih tinggi. Sementara risiko dari potensi gagal bayar.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana menerangkan risiko itu tercermin dari adanya penurunan peringkat surat utang PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang diturunkan Pefindo menjadi idCCC dengan CreditWatch dengan Implikasi Negatif.

"Jadi mungkin ini yang bisa jadi salah satu kekhawatiran," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (12/2).

Baca Juga: Kebijakan Trump Picu Ketidakpastian di Pasar Saham dan Obligasi di Januari 2025

Karenanya, Fikri berpandangan saat ini investor harus cermat dalam memilih obligasi yang diterbitkan emiten. Lanjutnya, untuk beberapa perusahaan walaupun rating cenderung kecil, yakni A atau BBB, masih ada yang cukup prospektif lantaran masih ada juga yang menawarkan kupon untuk tenor tiga tahun di double digit.

Dus, ia berpandangan masih cukup sepadan dengan risiko, apalagi kalau hanya untuk tenor 1 tahun atau antara 1 sampai 2 tahun. Namun, jika di atas tenor tersebut akan lebih berisiko.

"Tapi sekali lagi, lihat kepada profil perusahaannya. Sebab, walaupun memang ratingnya rendah tapi memang ada profil yang bisa dikatakan lebih terukur, khususnya untuk beberapa industri yang masih cukup baik, seperti industri distribusi logistik," paparnya.

Baca Juga: Pefindo Raih Mandat Obligasi Rp 56,69 Triliun, Perbankan dan Tambang Terbesar

Bicara probabilitas, Fikri memaparkan berdasarkan Pemeringkat Kredit Indonesia (PKRI), tingkat default study peringkat AAA dan AA berkisar 0,2%. Sementara, peringkat A di 5%.

Fikri menyebutkan untuk spread antara obligasi korporasi dengan rating AAA dengan SUN tenor yang sama akan berkisar 50-150 bps. Sementara untuk rating AA dan A diperkirakan berkisar 100-250 bps.

Baru kemudian di semester II risiko akan melandai seiring berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter. Dengannya, beriringan dengan potensi penurunan yield dan kupon.

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Diprediksi Capai Rp 139,29 Triliun-Rp 155,43 Triliun

Selanjutnya: Inflasi Konsumen AS pada Januari 2025 Naik Melampaui Perkiraan

Menarik Dibaca: Cara Mudah Membuat Dapur Tampak Mewah dengan Budget Terjangkau

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×