kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.684.000   -8.000   -0,47%
  • USD/IDR 16.370   -1,00   -0,01%
  • IDX 6.579   46,91   0,72%
  • KOMPAS100 978   10,17   1,05%
  • LQ45 769   6,57   0,86%
  • ISSI 201   1,74   0,87%
  • IDX30 398   3,13   0,79%
  • IDXHIDIV20 479   4,98   1,05%
  • IDX80 111   0,92   0,84%
  • IDXV30 117   0,83   0,71%
  • IDXQ30 132   1,10   0,84%

Kebijakan Trump Picu Ketidakpastian di Pasar Saham dan Obligasi di Januari 2025


Rabu, 12 Februari 2025 / 11:23 WIB
Kebijakan Trump Picu Ketidakpastian di Pasar Saham dan Obligasi di Januari 2025
ILUSTRASI. Pasar saham dan pasar obligasi dalam negeri volatile dengan kecenderungan melemah di Januari 2025 karena faktor eksternal


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroder Indonesia) memandang, terjadi ketidakpastian di pasar saham dan obligasi pada Januari 2025. Sentimen langkah kebijakan Donald Trump dan arah suku bunga Amerika Serikat (AS) telah mendominasi pasar.

Pada bulan Januari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja sebesar 0,41% Month on Month (MoM) dengan arus keluar asing sebesar Rp 3,7 triliun. Ketidakpastian pasar berlanjut di awal tahun, karena investor asing terus keluar, sambil menunggu pelantikan Trump pada 20 Januari. Sementara itu, faktor internal tidak cukup mendukung.

Langkah Bank Indonesia (BI) secara mengejutkan menurunkan suku bunga sebesar 25 bps di bulan Januari, dianggap dapat membantu mendorong pertumbuhan. Namun, investor tetap berhati-hati pada minggu-minggu pertama Trump kembali ke Gedung Putih karena kebijakan-kebijakannya dapat menimbulkan ketidakpastian.

Selain itu, Ketua Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell menyatakan bahwa The Fed kemungkinan tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga mengingat data ekonomi terbaru dan akan menunggu hingga tanda-tanda perlambatan ekonomi berlanjut.

Schroder Indonesia bersikap defensif terhadap saham mengingat sentimen risk off saat ini di pasar negara berkembang. Pasar Asia mencatatkan kinerja beragam, namun sebagian besar negatif pada Januari.

Baca Juga: Sentimen Global Masih Negatif, Pergerakan SBN Berpotensi Volatil, Rabu (12/2)

Namun demikian, Schroder tetap optimistis terhadap saham dalam jangka panjang karena saat ini saham Indonesia diperdagangkan dengan valuasi murah sekitar 11,5x PE di 2025. Kinerja IHSG sendiri masih tertinggal dibandingkan sebagian besar pasar Asia.

‘’Kami meyakini bahwa laba bersih perusahaan tetap penting pada titik ini karena investor kemungkinan akan merujuk pada hasil dan prospek laba bersih ketika kondisi makroekonomi secara keseluruhan tidak pasti, yang mengarah pada strategi pemilihan saham yang bersifat bottom up,’’ ungkap Schroder Indonesia dalam riset bulanan dikutip Rabu (12/2).

Dari pasar obligasi, Schroder melihat bahwa volatilitas pasar terus meningkat menjelang pelantikan presiden AS pada 20 Januari 2025. Imbal hasil obligasi terus menunjukkan tren bearish ketika yield IndoGB 10 tahun mencapai level tertinggi baru di 7,3%.

Ketidakpastian mengenai kemungkinan hasil kebijakan dari pemerintahan AS yang baru telah menyebabkan momentum pasar menjadi kurang menarik. Pasar pun mulai berubah ketika Bank Indonesia secara tak terduga melakukan pemotongan suku bunga lagi sebagai langkah berani untuk mengimbangi sinyal pelemahan pertumbuhan domestik.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga menurun, meskipun The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,25%-4,50% dengan alasan bahwa mereka ingin melihat perkembangan inflasi lebih lanjut.

Schroder memandang, langkah berani BI baru-baru ini dapat mengarah pada siklus penurunan suku bunga di masa mendatang, mengingat inflasi domestik masih sangat rendah dan reaksi dalam waktu dekat tampaknya akan menguntungkan.

Baca Juga: Cermati Kalender Ekonomi 12 Februari 2025, Inflasi AS dan Pidato Powel

Namun dampaknya terhadap pasar mata uang perlu ditinjau lebih lanjut, mengingat kurva imbal hasil dapat berubah menjadi tahap kenaikan yang lebih curam.

Peluang di pasar obligasi korporasi akan kembali muncul setelah kinerja yang buruk di bulan lalu. Untuk Indonesia, basis investor domestik yang kuat akan terus mendukung pasar obligasi, sehingga volatilitas akan tetap terkendali.

‘’Meskipun ketidakpastian seputar pemerintahan baru AS dalam banyak aspek dapat mengubah arah pasar ke depan, pasar akan menyeimbangkan antara menemukan diversifikasi yang tepat dan daya tarik relatif,’’ sebut Schroder.

Selanjutnya: Arab Saudi Umumkan Pembatasan Visa untuk 14 Negara Termasuk Indonesia

Menarik Dibaca: Asah Kreativitas Kaum Ibu, ABC Gelar Program ABC Affiliates

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×