kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.739.000   -3.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.354   42,00   0,26%
  • IDX 6.516   -131,79   -1,98%
  • KOMPAS100 926   -15,28   -1,62%
  • LQ45 727   -11,27   -1,53%
  • ISSI 204   -5,48   -2,62%
  • IDX30 379   -5,12   -1,33%
  • IDXHIDIV20 454   -6,82   -1,48%
  • IDX80 105   -1,64   -1,53%
  • IDXV30 108   -1,53   -1,40%
  • IDXQ30 124   -1,87   -1,49%

Pefindo Raih Mandat Obligasi Rp 56,69 Triliun, Perbankan dan Tambang Terbesar


Selasa, 11 Februari 2025 / 17:11 WIB
Pefindo Raih Mandat Obligasi Rp 56,69 Triliun, Perbankan dan Tambang Terbesar
Pemeringkat kredit Pefindo.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONATN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengantongi mandat surat utang (obligasi) korporasi sebesar Rp 56,69 triliun dari 40 penerbit per 31 Januari 2025 dan belum listing. Perusahaan di sektor perbankan dan pertambangan tercatat memiliki rencana penerbitan terbesar.

Berdasarkan data Pefindo, sebanyak 4 perusahaan di sektor perbankan berencana menerbitkan surat utang korporasi senilai Rp 11,8 triliun. Posisi ini disusul perusahaan tambang dengan nilai rencana penerbitan Rp 11,4 triliun dari 7 perusahaan.

Peringkat berikutnya dihuni oleh induk perusahaan sebesar Rp 7,61 triliun dari 6 perusahaan dan industri bubur kertas dan tissue senilai Rp 6,81 triliun dari 2 perusahaan.

Baca Juga: Pefindo: Prospek Pasar Obligasi di 2025 Tetap Positif

Sementara itu, terkait jenis surat utang, penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi mendominasi dengan nilai Rp 33,18 triliun dan disusul PUB sukuk sebesar Rp 8,56 triliun. Adapun obligasi sebesar Rp 8,4 triliun, sukuk Rp 4,51 triliun, medium term note (MTN) Rp 1,72 triliun, dan sekuritisasi Rp 300 miliar.

Lalu berdasarkan institusi, dari perusahaan non BUMN mendominasi dengan nilai Rp 36,20 triliun. Sementara perusahaan BUMN sebesar Rp 20,49 triliun.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan prospek penerbitan surat utang korporasi masih cukup baik. Meski demikian, terdapat sejumlah faktor pendorong dan pemberat yang akan mempengaruhi prospek ke depan.

Dia menuturkan aktivitas sektor riil diperkirakan relatif menguat. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan terdorong oleh kebijakan pemerintah yang lebih ekspansif, dengan inflasi yang diperkirakan masih terkendali.

Baca Juga: Wika Beton (WTON) Raih Kontrak Baru Rp 3,70 Triliun hingga Juli 2024

Kemudian, suku bunga acuan yang lebih rendah sejalan dengan ekspektasi berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter. "Bank Indonesia (BI) juga sudah menurunkan suku bunga satu kali Januari lalu," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (11/2).

Di sisi lain, Suhindarto memaparkan faktor pemberat dari risiko geopolitik masih diperkirakan tinggi seiring dengan perang yang masih berlanjut. Hal tersebut berpotensi membuat pasar lebih volatile dan premi yang lebih besar.

Lalu, potensi fluktuasi nilai tukar, yield yang berpotensi cenderung sulit untuk turun, dan persaingan dari instrumen substitusi seperti SRBI & SUN.

Baca Juga: Astra Sedaya Finance Terbitkan Obligasi Rp 2,6 Triliun Untuk Modal Kerja

"Juga Investor utama yang cenderung untuk menghindari peringkat tertentu (BBB ke bawah) dan sektor tertentu, membuat risiko penerbitan dari peringkat dan sektor tersebut terbatasi," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×