Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Aksi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve mengerek suku bunga acuan sudah diantisipasi sejak lama. Namun investor obligasi negara patut mewaspadai rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan tiga kali tahun depan.
Pertemuan The Fed pada 13-14 Desember 2016 menyepakati kenaikan suku bunga 25 bps menjadi 0,5%-0,75%. Imbasnya, imbal hasil investasi surat berharga negara (SBN) domestik, sebagaimana tercermin dari INDOBeX Government Total Return, terpangkas 0,79% pada perdagangan kemarin.
Bila melihat indeks tersebut, imbal hasil investasi di SBN sejak awal tahun hingga Kamis (15/12) kemarin masih mencapai 13,57%. Sebelum ini, return investasi di SBN sempat mencapai sekitar 18%.
Desmon Silitonga, Analis Capital Asset Management, menuturkan, kenaikan suku bunga AS sejatinya sudah diantisipasi investor. Ini terlihat dari langkah jual bersih investor asing di SBN yang mencapai Rp 19,58 triliun November lalu.
Dus, wajar jika pasar SUN tidak terkoreksi dalam. Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menilai positif aksi The Fed. "Justru ini memberikan kepastian karena spekulasi kenaikan suku bunga sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2016," ujar dia.
Dengan hilangnya satu ketidakpastian, investor akan lebih percaya diri menyusun portofolio investasi. Tapi Made mengingatkan pelaku pasar mencermati rencana The Fed menaikkan suku bunga tiga kali tahun depan.
Jika Presiden AS terpilih Donald Trump merealisasikan semua wacana saat kampanye, inflasi AS berpotensi terkerek sesuai harapan The Fed, yakni 2%. Jika The Fed meningkatkan suku bunga tiga kali sebesar 75 basis poin tahun depan, pasar keuangan negara berkembang bakal terperosok, termasuk Indonesia.
Nilai tukar rupiah akan melemah. Minat investor asing terhadap SBN pun berpotensi menyusut. Maklum, likuiditas di dunia berpeluang mengecil. Sebab, bank sentral Eropa telah menetapkan akan mengurangi stimulus moneter dari € 80 miliar menjadi € 60 miliar mulai April 2017.
Kendati demikian, Desmon optimistis pasar SBN berpeluang naik tahun depan. Dengan asumsi, inflasi dalam negeri rendah dan cadangan devisa mampu menahan pelemahan rupiah. "Tapi return SBN tidak akan setinggi tahun ini, single digit saja," kata dia.
Made juga melihat adanya potensi penguatan pasar SBN di 2017. Syaratnya, pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi melebihi 5%, inflasi terkendali di level 3%–5%, serta rupiah stabil. Selain itu, Made masih melihat peluang Bank Indonesia (BI) memangkas BI 7-Day reverse repo rate 25 basis poin.
Lalu Standard & Poor's berpeluang menghadiahi peringkat investment grade bagi Indonesia. Made memprediksi, yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun mencapai 7,8%–8% akhir tahun ini.
Jika momentum positif terjaga, maka yield SUN tenor 10 tahun akan mencapai 7,2%–7,5% pada tahun 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News