kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasar obligasi Indonesia berpeluang bangkit di semester II-2018


Senin, 25 Juni 2018 / 21:35 WIB
Pasar obligasi Indonesia berpeluang bangkit di semester II-2018
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia masih berada dalam tekanan di tengah pelemahan rupiah dan kenaikan yield Surat Utang Negara (SUN). Meski begitu, peluang bagi pasar obligasi domestik untuk rebound tetap terbuka, terutama ketika memasuki awal semester kedua nanti.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra mengatakan, para pelaku pasar berekspektasi bahwa kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) berikutnya akan terjadi di bulan September. Artinya, ada rentang dua bulan lebih yang bisa menjadi ruang penguatan bagi pasar obligasi dalam negeri.

Hanya saja, itu semua bergantung kembali pada fundamental makroekonomi Indonesia. Salah satu sentimen yang perlu diperhatikan adalah posisi neraca dagang Indonesia yang masih defisit sehingga berpengaruh pada pergerakan rupiah.

Made mengaku, butuh proses dengan waktu lama bagi pemerintah untuk membuat neraca dagang Indonesia kembali surplus. “Apalagi, faktor struktur ekonomi Indonesia membuat pemerintah kesulitan untuk membatasi impor,” kata dia, Senin (25/6).

Setali tiga uang, Desmon Silitonga, Fund Manager Capital Asset Management, meyakini bahwa peluang pemulihan pasar obligasi di semester kedua cukup terbuka. Namun, konflik perang dagang yang melibatkan AS dan negara sekutunya masih dapat menghantui pasar obligasi dalam negeri. Sebab, perang dagang telah menjadi isu global yang tensinya dapat meningkat tanpa mampu diprediksi.

“Di luar kenaikan suku bunga acuan AS, ada banyak faktor yang mempengaruhi pasar obligasi,” imbuhnya.

Desmon menganalisa, dengan asumsi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.800—Rp 14.000 per dollar AS hingga akhir tahun, maka yield SUN seri acuan 10 tahun akan berada di kisaran 6,8%-7%.

Senada, Made juga memperkirakan yield SUN tenor 10 tahun akan berada di kisaran 7% pada akhir tahun nanti. Karena suku bunga acuan BI sudah naik dua kali, sulit bagi yield SUN untuk kembali ke level di bawah 6,5% seperti yang terjadi di awal tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×