Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah fluktuasi pasar modal domestik, sejumlah perusahaan masih berminat menghimpun pendanaan melalui penerbitan obligasi. Namun nilai penerbitan obligasi di tahun ini menyusut dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga minggu kelima Mei 2018, nilai total emisi penawaran umum berkelanjutan obligasi/sukuk mencapai Rp 55,8 triliun. Jumlah ini turun 61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 144,35 triliun.
Hingga kini, emiten yang merilis obligasi antara lain Tunas Baru Lampung, Medco Energi International, Serasi Autoraya, Maybank Indonesia Finance, Astra Sedaya Finance dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia. "Di pipeline ada sekitar 28 perusahaan dengan total emisi Rp 28,6 triliun," ungkap Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Samsul Hidayat, Jumat (8/6) pekan lalu. Dia menyebutkan rata-rata emiten akan merilis obligasi dengan menggunakan buku Maret 2018.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, di tengah kenaikan suku bunga acuan BI hingga dua kali, penerbitan obligasi menjadi salah satu antisipasi emiten. Apalagi, ada kecenderungan suku bunga The Fed berpotensi naik lagi.
Menurut dia, saat ini yield obligasi Amerika Serikat mulai bergerak naik dengan inflasi yang terjaga dan data tenaga kerja yang bagus. Oleh karena itu, sebelum kenaikan terjadi, saat ini menjadi kesempatan tepat untuk merilis obligasi. "Dengan periode bunga rendah, harus dipakai untuk bond dulu," kata Hans kepada Kontan.co.id, Senin (11/6).
Beberapa hal juga akan menjadi pertimbangan pasar dalam menyerap obligasi. Misalnya, yield obligasi akan mengikuti yield obligasi pemerintah yang saat ini berada di level 6,5%. Kemudian, prospek emiten dengan melihat rating obligasi itu. Reputasi emiten akan mempengaruhi terserap tidaknya obligasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News