Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasangan kurs poundsterling dengan Australia dollar (GBP/AUD) secara teknikal dan fundamental berpeluang untuk menguat di jangka menengah dan jangka pendek. Secara teknikal, pasangan currency tersebut sudah menunjukkan adanya rebound sejak Senin (15/4).
Berdasarkan Bloomberg pada Selasa (16/4), pukul 17.47 WIB pasangan GBP/AUD tercatat menguat 0,31% ke level 1,8322.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, pergerakan GBP/AUD tentunya sangat berpengaruh terhadap sentimen Brexit. Di mana, isu Brexit pada Oktober 2016 sempat menyeret GBP ke level 1,57. Untungnya, antisipasi dan harapan atas isu Brexit di tahun yang sama telah mengangkat spekulasi GBP menjadi buy atau beli.
"Penundaan isu Brexit dan gagalnya pemecatan Perdana Menteri May beberapa waktu lalu, juga semakin mengangkat GBP terhadap beberapa major currency, terutama euro. Begitu juga GBP/AUD yang masih stronger," kata Wahyu Selasa (16/4).
Harapan bahwa isu Brexit bisa mereda, diyakini bakal memicu sentimen positif terhadap GBP, di tengah perkembangan ekonomi Inggris yang dianggap kurang bagus. Mengingat, tahun ini ekonomi Inggris diprediksi tumbuh 1,4%.
Sedangkan untuk sentimen AUD, sangat bergantung pada kondisi Australia dengan China. Ditambah lagi, perkembangan perang dagang AS dengan China, serta kekhawatiran pelambatan pertumbuhan ekonomi China turut mempengaruhi pergerakan AUD.
Selain itu, Bank Sentral Australia (RBA) cenderung menunjukkan sikap netral terhadap kebijakan suku bunganya. Wahyu menilai, salah saatu area sensitif lainnya yang bakal mempengaruhi sentimen AUD yakni isu komoditas.
"Berbeda dengan 2016, di 2017 saat komoditi menguat rebound, 2018 hingga kini komoditas mulai melempem, sehingga jelek bagi AUD," ungkapnya.
Untuk itu, Wahyu menilai saat ini GBP/AUD masih berada di lower area dan mencoba untuk rebound oversold. Di mana, sentimen Brexit lebih mengacu pada efek antisipasi yang lebih terduga.
"Sehingga, AUD masih bisa bertahan dan GBP masih bisa menguat untuk jangka pendek. Hingga kini, GBP/AUD masih dalam tren down short term, lantaran AUD kurang bagus karena terkait performa harga komoditas," jelasnya.
Adapun terkait sentimen bank sentral, Wahyu mengungkapkan sejauh ini kebijakan moneter antara Bank Sentral Inggris (BoE) dan RBA beda tipis. BoE dinilai masih jauh dari kemungkinan untuk memangkas suku bunga acuannya, bahkan memiliki wacana untuk naik.
Hal ini berbeda dengan Bank Sentral AS (The Fed) yang justru mulai menunjukkan sikap netral, dan bahkan berpeluang untuk memangkas suku bunga acuannya. Apalagi untuk kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BoJ) cenderung masih pro stimulus. Sedangkan RBA sendiri lebih cenderung netral.
Sehingga, GBP/AUD di jangka panjang masih cenderung rebound pasca sempat anjlok akibat sentimen Brexit di 2016. Namun, sejak pertengahan Maret 2019, GBP/AUD sempat terkoreksi wajar dan berada dalam tren naik untuk jangka menengah.
"Kenaikan ini masih potensial lanjut, karena data ekonomi Inggris masih lumayan dan BoE masih hawkish. Sedangkan ekonomi Australia sudah melemah dan terdampak low komoditi dan wacana RBA pangkas suku bunga acuannya," paparnya.
Secara teknikal, GBP/AUD akan berada di kisaran level support 0,8240-0,8200-0,9150. Sedangkan untuk potensi resistance berada di level 0,8380-0,8450-0,8530. Sedangkan dalam untuk sepekan, GBP/AUD berpeluang berada pada rentang 0,81-0,86 dengan rekomendasi buy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News